ABSTRAK
Pasien 75 tahun
datang dengan keluhan sakit perut dan nyeri pada waktu buang air kecil dan
terasa nyeri pada saat kencing. Dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
kristal Calsium Oksalat positif (+1). Vesicolithiasis adalah adanya batu
pada kandung kemih ( vesica urinaria). Batu dapat berasal dari vesica urinaria
atau batu primer; atau berasal dari ginjal atau batu sekunder. Terbentuknya
batu diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik). Gejala khas batu kandung kemih adalah berupa iritasi antara
lain: nyeri kencing/disuria, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan kencing
tiba-tiba terhenti kemudian lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh,
Terdapat hematuri pada akhir kencing, Bila batu menyumbat muara ureter atau
hidrouereter dan hidronefrosis atau gagal ginjal. Nyeri saat miksi seirng kali
dirasakan (refered pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai
kaki.
Kata kunci:
Foto BNO-IVP, Radiologi, Vesicolithiasis
ISI
Pasien 75 tahun
datang dengan keluhan sakit perut dan nyeri pada waktu buang air kecil dan
terasa nyeri pada saat kencing. Sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. BAK
berwarna normal, namun selalu merasa tidak puas dan perih jika BAK. Badan
dirasakan nglemeng. Sebelumnya belum pernah merasakan seperti in dan belum
pernah dibawa berobat. Hanya menggunakan obat penghilang sakit yang dibeli dari
apotek. Nyeri hilang tapi keluhan tetap muncul. Pada pemeriksaan fisik vital
sign: tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 84 x/ menit, respirasi 21 x/ menit, suhu
36,7oC. Inspeksi tidak
ada stria dan dalam batas normal, palpasi terdapat nyeri tekan pada regio kanan
atas abdomen, perkusi : timpani, dan auskultasi peristaltik (+). Tampak nyeri
apabila regio supra pubis ditekan (Nyeri tekan (+)), Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan kristal Calsium Oksalat positif (+1).
DIAGNOSIS
Vesicolithiasis
PEMERIKSAAN
FOTO BNO-IVP
(Blass Nier Oversich – Intra Venous Pyelogram)
DISKUSI
BNO/IVP adalah
Ilmu yang mempelajari prosedur /tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass
(vesica urinary) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras
melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada
tangan pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan
dalam ginjal dan tractus urinary, sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi
berwarna putih. Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomy
serta fungsi ginjal, ureter dan blass. Pemeriksaan radiologi BNO - IVP ada
prosedur khusus yang harus dilakukan oleh pasien:
- Pasien harus check ureum creatinin dilaboratorium (untuk mengetahui fungsi ginjal).
- Pasien harus diet makan, yaitu makan-makanan yang rendah serat dengan tujuan agar perut pasien lebih bersih, sehingga hasil pemeriksaan radiologi BNO-IVP sangat jelas untuk dianalsa.
- 12 jam sebelum pemeriksaan pasien harus urus urus.
- Dianjurkan malam harinya pasien untuk tidak banyak bicara dan merokok, agar udara tidak banyak masuk ke usus.
- Pasien harus check ureum creatinin dilaboratorium (untuk mengetahui fungsi ginjal).
- Pasien harus diet makan, yaitu makan-makanan yang rendah serat dengan tujuan agar perut pasien lebih bersih, sehingga hasil pemeriksaan radiologi BNO-IVP sangat jelas untuk dianalsa.
- 12 jam sebelum pemeriksaan pasien harus urus urus.
- Dianjurkan malam harinya pasien untuk tidak banyak bicara dan merokok, agar udara tidak banyak masuk ke usus.
Prosedur
Pemeriksaan BNO-IVP
- Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
- Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
- Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri.
- Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah injeksi media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting sistem, terutama pada pasien hypertensi dan anak-anak.
- Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan ukuran film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
- Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film 24 x 30 mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras
- Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran bladder terisi penuh media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.
- Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya dibuat foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien yang lanjut usia).
- Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos hematuri.
- Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien
- Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui intravena 1 cc saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
- Jika tidak ada reaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan memasang alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan dan kiri.
- Setelah itu lakukan foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit setelah injeksi media kontras untuk melihat masuknya media kontras ke collecting sistem, terutama pada pasien hypertensi dan anak-anak.
- Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan ukuran film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi media kontras.
- Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan film 24 x 30 mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras
- Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran bladder terisi penuh media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.
- Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi, biasanya dibuat foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada pasien yang lanjut usia).
- Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos hematuri.
Penegakan
diagnosis Vesicolithiasis berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang berupa foto BNO-IVP. Dari anamnesis didapatkan
keluhan berupa nyeri dan panas pada saat BAK, pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya nyeri tekan pada regio supra pubis. Sedangkan dari hasil foto BNO-IVP
didapatkan gambaran tampak bayangan batu opak di proyeksi VU, multiple, bentuk
membulat, ukuran bervariasi (besar dan kecil). Untuk kasus batu pada saluran
kemih dapat dilakukan beberapa cara pemeriksaan radiologi antara lain:
Ø
Foto polos : BNO à tampak opak (90%), lebih baik dilanjutkan dengan IVP untuk
mengetahui ada atau tidak kerusakan pada ginjal
Ø
IVP : Dapat untuk melihat batu di lain tempat, anatomi saluran kencing bagian
atas
Ø
PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
Ø
USG : Gambaran acustic shadow
Gambaran adanya
opak pada foto polos BNO adalah khas untuk kasus batu pada saluran kemih.
KESIMPULAN
Dengan
menggunakan pemeriksaan BNO/IVP pasien dengan vesicolhitiasis dapat didiagnosis
secara tepat. Pemeriksaan ini pun dapat mengetahui prognosis pada penyekit
tersebut. walaupun IVP bersifa invasive IVP memberikan gambaran dan informasi
yang jelas, sehingga dokter dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang
tepat mulai dari adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan
pembedahan.Pada kasus Vesicolithiasis penegakan diagnosis didapatkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa foto BNO-IVP
untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih, Gambaran adanya opak pada foto
BNO-IVP adalah khas untuk kasus batu pada saluran kemih.
REFERENSI
- Palmer, P. E.
S. 1995. Petunjuk membaca Foto Untuk Dokter Umum. Jakarta: EGC.
- Patel, P. R.
2007. Lecture Notes: Radiologi Ed. 2. Surabaya: Erlangga.
- Rasad,
Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
-
Sjamsuhidayat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
PENULIS
E.M IQRAR BAYU /Ilmu Penyakit THT
RSUD saras husada purworejo