Loading...

Wednesday 14 March 2012

Asuhan Keperawatan (ASKEP) HDR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan , tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik,mental dan social yang memungkinkan untuk hidup produktif.
Manusia adalah mahluk social yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,untuk memenuhi kebutuhan tersebut individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi dan tingkat social di masyarakat lebih tinggi, kemudian ini merupakan dambaan setiap manusia.
Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai suatu pikiran negative terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan martabat sendiri, individu akan merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan merasa rendah diri, yang dikenal dengan gangguan kosep diri : Haga Diri Rendah
Klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah yang tidak ditangani akan mengisolasi diri,perubahan sensori persepsi halusinasi dengar atau lihat, perilaku kekerasan, dan klien akan kurang memperhatikan kebersihan diri. Oleh karena itu diperlukan perawatan intensif baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari pelayanan tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah meliputi pran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah. Sedangkan pada peran kuratif perawat meencanakan dan melaksanakn rencana tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah melalui pelayanan di rumah atau home visite.
Berdasarkan data statistik yang kami dapatkan pada ruang puri Nurani Rumah Sakit Soeherto Heerdjan sepuluh bulan yang lalu di dapatkan data klien yang mengalami Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah terdapat 1,72%, Isolasi Sosial terdapat 9,38%, Resiko Perilaku Kekerasan terdapat 22,70%, Perilaku Kekerasan 1,81, Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi terdapat 53,25% dengan jumlah pasien yang dirawat
Dari hasil proporsi yang didapat walaupun dalam jumlah kecil namun diperlukan penangan khusus, pada klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah dapat mengakibatkan cemas dan takut, individu akan takut ditolak, takut gagal, dan dipermalukan akharnya cenderung untuk menarik diri yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan orientasi realita. Komplikasi yang berbahaya adalah individu mempunyai keinginan untuk menciderai dirinya.
Melihat kejadian tersebut maka kami tertarik untuk megambil “Asuhan Keperawatan pada klien Tn. J dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah di ruang Puri Nurani Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta” sebagai bahan makalah kami.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dalam penyusunan makalah seminar ini adalah perolehnya pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus makalah ini maka mahasiswa mampu
a. Melakukan penkajian pada klien Tn. J
b. Menentukan diagnose keperawatan pada klien Tn. J
c. Merencanakan tindakan keperawatan pad klien Tn. J
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn. J
e. Melakukan evaluasi pada klien Tn. J
f. Mengidentifikasi kesenjangan antara kasus dan teori
g. Mengiditifikasi factor pendukung dan penghambat serta mencari solusinya
h. Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi

C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah seminar ini dengan ruang lingkup tentang masalah Asuhan Keperawatan pada klien Tn. J dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah di ruang Puri Nurani Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 2 November sampai dengan 6 november 2009.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah seminar ini menggunakan metode yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa data serta menarik kesimpulan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi.
Adapun metode yang digunakan dalam menyusun makalah seminar ini sebagai berikut:
1. Studi keperpustakaan
Dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah serta hal-hal yang menyangkut gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah dan Asuham Keperawatannya.
2. Studi Kasus
Dengan melakukan obsevasi dan partisipasi aktif dalam memberikan asuhan keperawatandengan klien gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah, mengadakan wawancara dengan klien dalam melengkapi data serta melihat dan menelaah catatan medis, merumuskan makalah, melakukan perencanaan, melaksnakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi proses keperawatan.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini meliputi lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakng, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Meliputi konsep dasar dan asuhan keperawtan secara teoritis
BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi penkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implenetasi, dan evaluasi
BAB V PENUTUP
Meliputi kesipulan dan saran



BAB II
TINJAUAN TEORITS

A. PENGERTIAN
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. (Stuart and sundeen, 1998).
Gangguan harga diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau berada pada resiko mengalami suatu kejadian negatife dan perubahan mengenai perasaan, pikiran atau pandangan mengenai dirinya (Lynda Jual Carpenito, 1998).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan negatife yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. ( Mary C Towsend 1998).
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahawa harga diri rendah adalah penilian peribadi terhadap diri, dimana individu yang menganggap dirinya tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasil keadaan ini akan membuat individu merasa gagal dan tidak berharga di hadapan.

B. PSIKODINAMIKA
1. Etiologi
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik dikatakan situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya dioperasi, kecelakaam, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu kerena terjadi sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dan dipenjara secara tiba-tiba). Dan dikatakan kronik yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama. Klien ini mempunyai perasaan negative. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
2. Proses terjadinya masalah
Harga diri terjadi karena perasaan dicintai dan mendapatkan pujian dari orang lain. Harga diri akan menjadi rendahketika tidak ada lagi cinta dan ketika adanya kegagalan, tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain, merasa tidak berharga, gangguan citra tubuh akibat suatu penyakit sehingga akan menimbulkan suatu gambaran individu yang berperasaan negative terhadap diri sendiri.


3. Komplikasi
Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali akan merasa cemas dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan takut dipermalukan. Akhirnya cenderung untuk menarik diri, akan mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan realita. Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk meciderai dirinya.


C. RENTANG RESPON
Rentang respon konsep diri Respons Maladaptif






Aktualisasi konsep diri Harga diri identitas depersonalisasi
Diri positif rendah kacau


1. Respon adaftif
Adalah pernyataan dimana klien jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Aktualisasi diri
Adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positf
Adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negative dari dirinya
2. Respon maladaftif
Adalah keadaan klien dalam menghadapi suatu masalah tidak dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Harga Diri Rendah
Adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
b. Identitas Kacau
Adalah kegagalan individu untuk mengintegritas aspek-aspek idintitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial keperibadian masa dewasa yang harmonis.
c. Depersonallisasi
Adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak membedakan dirinya dengan orang lain.
Menurut Suliswati Dkk komponen konsep diri ada lima yaitu terdiri dari:
1. Citra tubuh
Adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh.
2. Ideal diri
Adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar peribadi.
3. Harga diri
Adalah penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa berapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya.
4. Peran
Adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi idividu di dalam kelompok sosialnya.
5. Identitas diri
Adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari bahawa dirinya berbeda dengan orang lain.

D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Factor Predisposisi
1) Factor predisposisi citra tubuh
a) Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
c) Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
2) Factor predisposisi harga diri
a) Penolakan dari orang lain
b) Kurang penghargaan
c) Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
3) Faktor predisposisi peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situai dan sehat-sakit
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
d) Peran yang terlalu banyak
4) Factor predisposisi identitas diri
a) Ketidak percayaan orang tua dan anak
b) Tekanan dari teman sebaya
c) Perubahan dari struktur sosial

b. Factor Presipitasi
1) Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
2) Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan sehat sakit.



c. Manifestasi klinik
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3) Merendahkan martabat
4) Gangguan hubungan social
5) Percaya diri kurang
6) Mencederai diri

d. Mekanisme koping
1) Koping jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya menonton TV, dan olah raga.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut kegiatan social politik dan agama.
c. Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri, misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olah raga.
d. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurng berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.

2) Koping jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tampa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi individu.

b. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-nilai dan harapan masyarkat

e. Test diagnostic
1) Test psikologik: test keperibadian
2) EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
3) Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
4) Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik
f. Penatalaksanaan medis
1) Psikofarmaka
2) Elektro convulsive therapy
3) Psikoterapy
4) Therapy okupasi
5) Therapy modalitas
a. Terapi keluarga
b. Terapi lingkungan
c. Terapi perilaku
d. Terapi kognitif
e. Terapi aktivitas kelompok

g. Pohon masalah
Isolasi Social : Menarik Diri




2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
2. Isolasi social
3. Resikio Gsp : Halusinasi

3. Rencana tindakan keperawatan
a. Diagnosa I
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Tujuan Umum
Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
1) Tujuan khusus 1
Klien dapat mengindentifikasi perubahan cairan tubuh
a. Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat mengindentifikasi perubahan cairan tubuh

b. Rencana tindakan
(1). Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh .
(2). Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
2) Tujuan khusus 2
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Rencana tindakan
(1). Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,
intelektual, dan keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
(2). Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
3) Tujuan khusus 3
Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
a. Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetikdiharapkan klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
b. Rencana tindakan
(1) Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara bertahap.
(2) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
(3) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.

4) Tujuan khusus 4
Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.


b) Rencana tindakan
(1) Diskusikan cara – cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
(2) Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
(3) Bantu klien melakukan cara yang dipilih.
5) Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan tindakan penngembalian integritas tubuh.
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.
b) Rencana tindakan
(1) Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh
(2) Rehabilitasi bertahap bagi klien

Diagnosa II
Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
1) Tujuan Khusus I
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a) Kriteria Hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik di harapkan kita :
Menunjukkan wajah bersahabat, rasa saying, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama dan asal, menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat.
b) Rencana tindakan
(1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
(2) Salam terapeutik
(3) Perkenalkan diri perawat
(4) Jelaskan tujuan interaksi antara perawat dan pasien
(5) Ciptakan lingkunagn yang tenang
(6) Selalu kontak mata selama interaksi
(7) Buat kontarak yang jelas pada tiap pertemuan seperti topic yang dibicarakan, waktu, dan tempat.
(8) Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian
(9) Diskusikan bersama, klien tentang keluarga.
(10) Diskusikan alasan klien masuk rumah sakit
(11) Identifikasi hubungan klien dalam berkeluarga.
2) Tujuan Khusus 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilki
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki seperti menyanyi dan menari.
b) Rencana tindakan
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
(2) Setiap pertemuan klien hindarkan memberi penilaian negative utamakan memberi pujian realitis.
3) Tujuan Khusus 3
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.
a) Kriteria Hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit seperti menyapu, mengepel, dan mencuci piring.

b) Rencana Tindakan
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan
(2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah pulang sesuai dengan kondisi klien.
4) Tujuan Khusus 4
Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat membuat jadwal kegiatan sehari – hari.
b) Rencana tindakan
(1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai kemampuan kegiatan mandiri.
(2) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
(3) Beri contoh cara pelaksana kegiatan yang boleh klien lakukan.
5) Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan kilen dapat melakukan kegiatan sehari – hari.
b) Rencana tindakan
(1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
(2) Beri pujian atas keberhasilan klien
(3) Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan dirumah
6) Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
a) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan keluarga dapat merawat klien dirumah
b) Rencana tindakan
(1) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah.
(2) Bantu klien memberi dukungan selama klien dirawat.
(3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.


4. Evaluasi
Adapun hal – hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b) Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakiy.
d) Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
f) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
g) Klien dapat mengindentifikasi perubahan citra tubuh.
h) Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
i) Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.
j) Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh



BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini kami akan menyajikan asuhan keperawatan pada Tn.J,dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah diruang Puri Nurani Rumah Sakit soeharto Heerdjan.Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan secara koperensif ,meliputi pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi dan evaluasi yang dilakukan dari tanggal 2 - 6 november 2009.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Klien bernama Tn. J berumur 19 tahun, anak pertama dari tiga bersaudara, laki-laki,agama Islam, belum menikah seorang Mahasiswa EMPUTANTULAR jurusan TIK semester III dengan alamat Padamangan Timur Jakarta utara, suku bangsa Jawa, klien masuk tanggal 29 oktober 2009 dengan nomor Rekamedis 012098

2. Alasan Masuk
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dengan alasan di rumah suka marah, tidak mau bergaul, minder, dan suka menyendiri di kamar.

3. Faktor Predisposisi
Klien mengatakan baru pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa, Klien mengatakan anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu kakek dari pihak bapaknya, dengan gejala marah-marah dan merusak barang. pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien malu di rumah karena di marah oleh ayahnya, karena klien menghilangkaan dompet yang berisi SIM dan STNK dan klien mengatakan menyesal atas perbuatannya. Dan kemudian klien semenjak itu apa bila ada masalah dipendam sendiri.
Masalah keperawatan: koping keluarga inefektif,Harga diri rendah,isolasi sosial
4. Pemeriksaan Fisik
Pada saat klien dilakukan pemeriksaan fisik didapakan data tekanan darah 100/80mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37 C, pernapasan 20x/menit, tingi badan 160cm, berat badan 50kg.
Masalah keperawatan: tidak di temukan masalah keperawatan

5. Psikososial
a. Genogram
Klien mengatakan anak pertama dari tiga bersudara, anak kedua perempuan kelas dua SMA dan anak ketiga laki-laki kelas tiga SD, orang terdekat dengan klien adalah ibu. Di keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu kakek dari bapaknya.
Klien mengatakan pernah mengalami KDRT oleh ayahnya dan terlihat bekas pukulan di tangan kirinya,klien mengatakan sangat takut dengan bapaknya.
Masalah keperawatan : koping keluarga inefektif
b. Konsep Diri
1. Gambaran Diri : Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya.
2. Identitas : Klien mengatakan anak pertama dari tiga bersaudara dan seorang laki-laki yang berusia 19 tahun
3. Peran : Klien mengatakan malu karena belum berkerja dan masih minta uang dengan orang tua.
4. Ideal Diri: Klien mengatakan ragu dengan cita-citanya yang ingin menjadi tehniksi informatika
5. Harga Diri : Klien mengatakan malu bergaul dengan orang lain karena keadaan yang keluarga yang KDRT
Masalah keperawatan : gangguan kosep diri : Harga diri rendah dan koping keluarga inefektit
c. Hubungan social
Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya, klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan rumah karena klien merasa malu dengan keadaan, selama di rumah tidak mau bergaul dengan orang lain dan lebih senang menyendiri di rumah.
Masalah keperawatan : isolasi social
b. Spiritual
Klien mengatakan agama islam dan suka melakukan kegiatan ibadah sendiri baik di rumah, pendapat klien terhadap ibadah sangat penting dan harus di lakukan.
Masalah keperawatan: tidak di temukan masalah keperawatan
6 Status Mental
a. Penampilan fisik tampak rapi.klien mengatakan mandi 3x sehari,baik dirumah maupun dirumah sakit.
b.pembicaraan klien,klien bicara jelas sesuai topic pembicaraan tetapi lambat.
masalah keperawatan : gangguan konsep diri :harga diri rendah
c.aktivitas motorik ,saat berinteraksi klien tampak lesu, saat diruangan klien hanya sendirian tidak bergabung dengan temannya.
masalah keperawatan: isolasi social
d. alam perasaan :klien merasa sedih dan malu dan ingin segera pulang
masalah keperawatan :gangguan konsep diri :harga diri rendah
e. afek klien :datar,tidak ada perubahan dan tidak mau bercanda
masalah keperawatan :isolasi social
f. interaksi selama wawancara
selama interaksi dengan perawat kontak mata kurang,klien tampak duduk
sendiri.
masalah keperawatan: isolasi social
g.persepsi
klien mengatakan selama dirumah sering mendengar suara-suara,namun setelah di rumah sakit tidak pernah mendengarnya lagi.
Masalah Keperawatan : Gsp : halusinasi pendengaran
h. Proses pikir
Klien dapat menjawab pertanyaan perawat walaupun jawaban klien singkat.
Masalah Keperawatan : Tidak di temukan masalah keperawatan
i. Isi Pikir
Pada saat pengkajian klien tidak terlihat adanya waham dan tidak ada kelainan dengan isi pikir klien.
Masalah Keperawatan : tidak di temukan masalah keperawatan
j. Tingkat Kesadaran
Klien dapat menyebutkan tempat hari nama perawat dengan baik, klien mengatakan saat ini berada di rumah Sakit Jiwa Soeherto Heerdjan.
Masalah Keperawatan : tidak di temukan masalah keperawatan
k. Memori
Klien dapat mengingat gangguan daya ingat jangka panjang
contoh: klien ingat tanggal masuk rumah sakit.
Gangguan daya ingat jangka pendek
contoh: klien ingat apa yang dilakukan pada saat bangun tidur
Masalah Keperawatan : tidak di temukan.
l. tingkat konsentrasi dan berhitung
klien mampu menjawab ketika di Tanya 7+7=14
masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
m. kemampuan penilaian
klien mampu menilai yang sebelum tidur harus berdoa dulu.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan
n. daya tilik diri
klien sadar mengalami gangguan jiwa dan berada di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

7. Persiapan Pulang
Makan bantuan minimal, buang air besar dan kecil sendiri, eliminasi secara mandiri denga frekuensi BAB satu kali perhari, kosisten padat, bau khas fese berwarna kuning dan tidak mengalami keluhan yang berhubungan dengan BAB, klien mengatakan mandi tiga kali perhari, klien mengatakan cukup satu hari sekali ganti pakaian, penampian klien kurang rapi. Klien harus dimotivasi dalam kebersihan diri.
Tidur siang klien pukul 13.00-15.00 dan tidur malam 20.00-05.30 WIB, kegiatan senelum tidur klien mengatakan berdoa terlebih dahulu, sesudah tidur mengatakan cuci muka dan meyikat gigi, penggunaan obat bantuan minimal, pemeliharaan kesehatan lanjut klien mengalami rawat jalan setelah diperbolehkan pulangdan untuk system pendukung klien di bawa ke Rumah Sakait Jiwa oleh orang tuanya. Kegiatan dalam rumah klien mengatakan tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan

8. Mekanisme Koping
Klien terletak pada koping maladaftif, yaitu klien tampak duduk menyendiri minder dan klien mengatakan malu bergaul serta kalau punya masalah selalu dipendam sendiri dan klien tampak menghindar dari teman-temannya.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah.

9. Masalah Psikososial Dengan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : dari Rumah sakit,teman akrab dan orang tua
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : klien mengatakan lebih senang menyendiri dari pada ngobrol dengn temannya.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : klien mengatakan mahasiswa Emputantular jurusan TIK smester III, dan sekarang masih cuti.
Masalah dengan perkerjaan, spesifik : klien mengatakan belum memiliki perkerjaan dan masih kuliah.
Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan tidak memiliki masalah di rumah kecuali dengan ayahnya.
Masalah dengan ekonomi, spesifik : klien mengatakan merasa malu karena masih meminta uang dengan orang tuanya, itu di karenakan klien belum berkerja.
Masalah dengan dukungan lingkungan, spesifik : klien mengatakan tidak punya masalah dengan lingkungan tetapi kadang klien merasa malas bergaul.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah dan isolasi social

10. pengetahuan kurang tentang
a. Penyakit Jiwa
b. Faktor presifitasi
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan dalam merawat diri sendiri

11. Aspek Medik
Diagnosa medic:
• Terapi medic : Rizodal :2 mg
• HLP :5 mg
• THP :2 mg
• Vitromega


DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
• Klien mengatakan malu karena masih minta uang dengan orang tua
• Klien mengatakan malu karena menghilangkan dompet yang berisi STNK dan SIM
• Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan diluar rumah
• Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang
• Klien mengatakan malu jika bergaul dengan orang lain
• Klien mengatakan sewaktu dirumah sering mendengar suara-suara,namun sekarang suara tersebut sudah tidak ada lagi
• Klien mengatakan pernah mengalami KDRT oleh ayahnya
• Klien mengatakan takut dengan bapaknya
• Klien mengatakan lebih senang menyendiri
• Klien mengatakan orang lain tidak bisa menerima keadaannya
- Pembicaraan klien lambat
- Kontak mata klien kurang
- Klien menunduk saat diajak berbicara
- Klien tampak lesu
- Klien tampak sedih
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak menghindar dari teman-temannya
- Klien tampak duduk menyendiri
- Tampak bekas luka pada tangan kiri klien



ANALISA DATA
Nama klien : Tn. J Ruang : Puri Nurani No. RM : 012098
Senin,
2-11-2009 Ds :
• Klien mengatakan malu karena masih minta uang dengan orang tua
• Klien mengatakan malu karena menghilangkan dompet yang berisi STNK dan SIM
• Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang
• Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat
• Klien mengatakan orang lain tidak bisa menerima keadaannya
Do:
- Kontak mata klien kurang
- Klien menunduk saat diajak berbicara
- Klien sering menyendiri
- Klien tampak lesu

Ds:
• Klien mengatakan selama dirumah sering mengurung diri dikamar
• Klien mengatakan malu jika bergaul dengan orang lain
• Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan diluar rumah

Do:
- Klien tampak lesu
- Klien tampak sering menyendiri
- Kontak mata klien kurang
- Pembicaraan klien lambat
Ds:
- Klien mengatakan sewaktu dirumah sering mendengar suara-suara,namun sekarang suara tersebut sudah tidak ada lagi
Do:



Ds:
- Klien mengatakan pernah mengalami KDRT oleh ayahnya
- Klien mengatakan takut dengan bapaknya
Do :
• Klien menunjukan bekas KDRT pada tangan
• Tampak bekas luka pada tangan kiri klien








Gangguan konsep diri :harga diri rendah










Isolasi social


Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi dengar











Koping keluarga inefektif




12. pohon masalah
Resiko GSP: Halusinasi

Isolasi social

Koping keluarga inefektif


B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Resiko Gsp : halusinasi
4. Koping keluarga inefektif

C. Intervensi, implementasi, dan evaluasi
1. Diagnose keperawatan 1
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Criteria hasil
Setelah satu kali pertemuan, selama 10-15 menit dengan menggunakan komunikasi terapeutik, di harapkan klien menunjukan wajah bersahabat, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama dan asal, mau menjawab salam dan klien mau duduk berdampingan dengan perawat.
Rencana tindakan
• Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien
• Bantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
• Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai kemampuan pasien
• Latih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
• Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan
• Anjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian




D.implementasi dan evaluasi
Hr/tgl/jam No Dx Implementasi Evaluasi Nama/paraf
Senin,2/11/2009
10.00-10.15




















Selasa,3/11/2009


















Rabu,4/11/2009






















Kamis,5/11/2009




1
Gangguan konsep diri : harga diri rendah




























































SP2
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien























• Membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan
• Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien
















• Melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih
• Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
• Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian



















1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih kemampuan yang dimiliki kedua
3. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian S:
- Klien mengatakan senang berkenalan dengan perawat
- Klien mengatakan dirinya memiliki kemampuan yaitu menyapu,mengepel,
merapikan tempat tidur dan lain-lain
O:
- Klien mau berjabat tangan
- Klien menyebutkan kemampuan yang dimiliki yaitu menyapu,mengepel ,merapikan tempat tidur,main music dll
A:
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Klien mampu menyebutkan kemampuan yang dimiliki yaitu menyapu,mengepel,merapikan tempat tidur,bermain gitar dll
PP:
- Lanjutkan SP1
- (membantu klien menilai kemampuan klien yang masih dapat digunakan dan membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien)
PK:
- Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan yang dimiliki dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian klien
S:
- Klien mengatakan ingin menyapu dan mengepel
- Klien mengatakan dirinya bisa menyapu dan mengepel
O:
- Klien memilih kegiatan menyapu dan mengepel
A:
- Klien mampu memilih kegiatan yang akan dilakukan yaitu menyapu dan mengepel
PP
- Lanjutkan SP 1
- (melatih klien sesuai kemampuan yang dipilih dan memberikan pujian yang wajar terhadp keberhasilan klien)
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
PK:
- Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan yang dimiliki dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian klien



S:
- Klien mengatakan sudah menyapu dan mengepel kamar dengan bersih
O:
- Klien tampak sudah melakukan kegiatan menyapu dan mengepel dengan bersih dan rapi
- Kamar klien tampak bersih
A:
- Klien mampu melakukan kegiatan yang dipilih yaitu menyapu dan mengepel dengan rapi dan bersih
PP:
- SP 1 tercapai
- Lanjutkan SP 2
- (mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien,melatih kemampuan kedua yaitu merapikan tempat tidur,menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian)
- Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
PK:
- Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan yang dimiliki yaitu menyapu dan mengepel setiap hari dan memasukkannya kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian




S:
- Klien mengatakan sudah melakukan kegiatan harian yaitu menyapu dan mengepel
- Klien mengatakan ingin merapikan tempat tidurnya
O:
- Klien tampak sudah mengisi jadwal kegiatan hariannya
- Klien tampak merapikan tempat tidurnya dengan rapi dan bersih
A:
- Klien mampu melakukan kegiatannya yaitu merapikan tempat tidur dengan rapi dan bersih
PP:
- SP 2 tercapai
- Lanjutkan diagnose isolasi social
(mengidentifikasi penyebab isolasi social)
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
PK:
- Menganjurkan klien melatih kemampuan-kemampuan yang lain dan memasukkan kegiatan kedalam jadwal kegiatan harian
Klmpk
Ruang puri nurani

























Klmpk ruang puri nurani



BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kami akan menguraikankasus yang diamati serta membandingkannya dengan teori yang didapat untuk mengetahui sejauh mana factor pendukung, penghambat dan solusinya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn. J dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah diruang Puri Nurani Rumah Sakit Jiwa Soeharto heerdjan Jakarta selama 5 hari mulai tanggal 2 November sampai 6 November 2009.
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan klien, informasi dari catatan keperawatan, catatan medis dan perawat ruang.
Faktor predisposisi yang ada pada teori ada empat bagian yaitu gangguan konsep diri, harga diri rendah, isolasi social,halusinasi pendengaran, dan koping keluarga infektif.
Sedangkan pada kasus yang kami amati, factor yang menyebabkan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah factor predisposisi,ideal diri, hal ini didukung dengan adanya data klien mengatakan ragu dengan cita-citanya yang ingin menjadi seorang tehniksi imormatika yang blum tercapai. Pada gambaran diri dan identitas tidak di temukan masalah sedangakan pada peran dan harga diri, klien merasa malu karena masih minta uang dengan orang tua dank arena di rumah terjadi KDRT.
Pada factor presifitasi yang ada pada teori ada tiga bagian yaitu transisi perkembangan, situasi sehat dan sakit, sedangkan factor presifitasi yang kami temukan pada kasus Tn. J adalah hal seperti pada teori tidak di temukan.
Mnifestasi klink yang ada pada kasus juga tidak jauh berbeda dari teori yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri dan lingkungan, tejadi hubungan social, seperti kurang percaya diri dan merasa bersalah terhadap diri sendiri akibat malu menghilangkan dompet berserta isinya yaitu STNK dan SIM. Dan juga karena di rumah terjadi KDRT.
Di lihat dari kasus klien pada Tn. J perlu dilakukan pemeriksaan sinar X, EEG dan test psikologi, namun setelah kami lihat dalam catatan perawat itu tidak dilakukan, tetapi menurut kami meskipum pemeriksaan tersebut tidak dilakukan hal ini tidak menjadi masalah. Dengan melihat fakto redisposisi, presifitasi ,dan manifestasi klinik kami dapati menyimpulkan bahawa pad klien mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah sehingga hal di atas merupakan factor penunjang dalam melakukan pengkajian.
Pada penatalaksanaan medis pada kasus Tn. J di berikan terapi medis yaitu Rizodal 2 mg (2 x sehari) pukul 06.00 dan pukul 18.00, HLP 5mg (2 x sehari) pukul 06.00 dan pukul 18.00, THP 2mg (2 x sehari) pukul 06.00 dan pukul 18.00 dan Vitromega 1x1 pukul 06.00.
Untuk pohon masalah antara teori dengan kasus tidak sesuai,pada teori gangguan pada konsep diri : harga diri rendah disebabkan oleh gangguan citra tubuh sehingga mengakibatkan isolasi social: menarik diri. Sedangkan dalam kasus masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah diakibatkan dari koping keluarga inefektif. Dan selanjutnya dari harga diri rendah menimbulkan isolasi social sehingga menyebabkan resiko gangguan sensori persepsi. Kami melakukan kerja sama dengan perawat ruangan.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilain atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian keperawatan, kemudian di identifikasi masalah yang muncul dan dikaitkan dengan data yang ada.
Diagnose keperawatan yang terdapat pada teori ada tiga diagnose yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah, isolasi social dan gangguan citra tubuh. Sedangkan pada kasus kami mendapatkan empat diagnose yaitu : yang pertama Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Klien mengatakan malu karena masih minta uang dengan orang tua, Klien mengatakan malu karena menghilangkan dompet yang berisi STNK dan SIM, Klien mengatakan malu mengikuti kegiatan diluar rumah, Klien mengatakan sedih,malu dan ingin cepat pulang, Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat. Pembicaraan klien lambat, Kontak mata klien kurang, Klien menunduk saat diajak berbicara,Klien menggungkapkan perasaan dengan menulis.
Diagnose yang kedua isolasi social : menarik diri data yang didapatkan adalah Klien mengatakan selama dirumah sering mengurung diri dikamar, Klien mengatakan malu/minder jika bergaul dengan orang lain, Klien tidak pernah mengikuti kegiatan diluar rumah. Klien tampak lesu, Klien tampak sedih dan putus asa, Klien tampak sering menyendiri.
Diagnosa yang ketiga adalah resiko gangguan sensori persepsi : hausinasi data yang didapatkan adalah Klien mengatakan sewaktu dirumah sering mendengar suara-suara,namun sekarang suara tersebut sudah tidak ada lagi.
Dan diagnose yang keempat adalah koping keluarga inefektif dan data yang didapatkan Klien mengatakan pernah mengalami KDRT oleh ayahnya. Klien menunjukan bekas KDRT pada tangan, Tampak bekas luka pada tangan kiri klien. Dalam keperawatan mengangakat diagnose kami tidak menemukan masalah.

C. Perencanaan
Rencana tindakan yang ada kasus kamidapat meprediksi waktu pencapaian keberhasilan tindakandengan melihat kondisi kemampuan dan kebutuhan klien, adapaun kesenjangan yang terjadi tdak menjadi penghambat dalam merencanakan tindakan.
Perencanaan pada diagnose keperawatan gangguan konsep diri : harga diri renda berhubungan denag isolasi social : menarik diri dan gangguan konsep diri pada kasus tidak ada perbedan dengan perencanaan yang ada pada teori.
Adapun perencanaan yang tidak ada pada teori adalah diagnose koping keluarga inefektif sedandkan perencanaan yang kami buat adalah mengenai pola asuh dan pola komunikasi dalam keluarga.
Dalam merencanakan tindakan keperawatan kami tidak mengalami hambatan dikarenakan sumber-sumber buku dari perpustakaan.

D. Implementasi
Pada tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu diberikan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya, berdasarkan teorikasus degan melihat kondisidan kebutuhan.
Diagnose keperawatan gangguan konsep diri : Harga diri rendah, tindakan yang sudah tercapai masing-masing yaitu membina hubungan saling percaya, klidapat mengidentifikasi aspek positif yang di miliki , menilai kemampuan yang dapa dilakukan, membuat jadwal sesuai kemampuan yang dimiliki.sedangkaan yang belum dilaksanakan adalah diagnose isolasi social, gangguan sensori persepsi : Halusinasi, dan Koping keluarga inefektif.
E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai sejauh mana,keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah dan untuk menilai factor penghanmbat dan pendukung serta alternative masalah.
Diagnose keperawatan pertama gangguan konsep diri :harga diri rendah,klien dapat membina hubungan saling percaya,mengidentifikasi kemampuan yang dapat dilakukan dan membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sedangkan diagnosa isolasi social, resiko gangguan sensori persepsi : halusinasi, koping keluarga inefektif belum dilaksanakan.

BAB V
PENUTUP

Pada bab ini kami akan menarik kesimpulan dan saran yang terkait dengan asuhan keperawatan pada tn. J dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah diRuang Puri Nurani yang kami lakukan pada tanggal 02 – 06 november 2009, sesuai dengan pembahasan yang telah kami lakukan sebelumnya.

A. Kesimpulan
Secara umum Harga Diri Rendah penilaian pribadi terhadap diri atau individu yang menggap dirinya tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasialan tanpa mencoba terlebih dahulu.
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. J kami menemukan data sebagai berikut, klien mengatakan malu karena menghilangkan dompet yang berisi SIM dan STNK, klien mengatakan malu karena masih minta kepada orang tua, klien mengtakan ragu dengan cita – citanya yang ingin menjadi TIK, klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan diluar rumah.
Diagnosa keperawatan yang didapat pada Tn. J adalah Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Resiko gangguan perubahan sensori persepsi : Halusinasi.
Rencana tindakan yang dilakukan pada Tn. J dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah adalah membina hubungan saling percaya, klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit, membuat jadwal kegiatan yang dimiliki, melakuakan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya, mengindentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki, menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit dan membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan untuk diagnosa Isolasi Sosial, koping keluarga inefektif, dan resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi, dan tindakan keperawatan belum dilaksanakan dan didelegasikan kepda perawat ruangan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada bab sebelumnya, kami mengajukan beberapa saran untuk dijadikan bahan evaluasi antara lain :

Mahasiswa
a. Mahasiswa diharapkan agar lebih menambah pengetahua mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah.
b. Mahasiswa lebih meningkatkan komunikasi theraupetik dalam berinteraksi dengan klien.
c. Mahasiswa hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan berkerjasama dengan perawat ruangan untuk memvalidasi data.

Perawat
a. Untk perawat ruangan, klien harus terus dimotivasi dan dilibatkan dalam kegiatan sehari – hari misalnya membersihkan ruangan dan lain – lain.
b. Pertahankan dan tingkatkan komunikasi yang teraupetik serta tingkatkan koping individu dan keluarga.
c. Perawat diharapkan dapat berkerjasama dengan t im kesehatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar tidak terjadi pengulangan dalam melakukan tindakan dan lebih memperhatikan kebutuhan dasar klien, untuk membina hubungn saling percaya antara perawat dengan klien.

















DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (1999). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terinteraksi Dengan
Keluarga. Edisi 1. Jakarta : PT. Fajar Interpratama.

Stuart, GW and Sundeen, SJ. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Penyakit Asma dan Pencegahannya


Asma merupakan jenis alergi berat yang terjadi pada sistem pernapasan. Serangan asma terjadi ketika saluran pernapasan berhubungan dengan sebuah faktor pemicu. Pada penderita asma biasanya terjadi peradangan serta penyempitan saluran pernapasan.
Gejala Asma
Ini disebabkan oleh membengkaknya laplsan dalam saluran pernapasan, pembentukan lendir yang berlebihan, dan terjadinya kejang otot pada dinding saluran pernapasan. Hal tersebut terjadi karena faktor pemicu tersebut mengaktifkan histamin.
Hal tersebut pada gilirannya akan melepaskan sel-sel mastosft yang transformasinya dipicu oleh protein-protein imunoglobulin E (IgE). Protein ini aktivasinya disebabkan oleh kedatangan molekul-molekul yang sangat berpengaruh pada protein IgE tersebut.
Gejala Penyakit Asma
- Sesak napas akut, sehingga timbul suara mengisap saat bernapas.
- Pingsan.
Penyebab Penyakit Asma
Alergi pada faktor perangsang, seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, perubahan cuaca, obat-obatan tertentu, makanan, jamur, hawa dingin, atau penyebab lainnya.
Stres.
Pencegahan Penyakit Asma
- Asma sebagian besar bersifat bawaan sehingga tidak bisa dicegah.
- Menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan kambuhnya asma terutama karena stres.
- Banyak mengonsumsi makanan yang menguatkan sistem kekebalan tubuh, seperti, wortel, pepaya, tomat, dll.

Askep pada Pasien Gagal Nafas


Pasien Gagal Nafas
I. PENGERTIAN
• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
• Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
II. PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
III. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
IV. TANDA DAN GEJALA
A. Tanda
Gagal nafas total
• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi
• Adanya kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal nafas parsial
• Terdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
• Ada retraksi dada
B. Gejala
• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)
• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
• Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
• Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia
VI. PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
VII. PENTALAKSANAAN MEDIS
• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan
Brokodilator
Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.
• Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema
Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal

Askep Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik


Gagal Ginjal Akut
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi yaitu :
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit.
Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
Etiologi
1. penyakit Hipertensi
2. Gout menyebabkan nefropati gout.
3. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
4. gangguan metabolisme
5. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
6. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
7. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
8. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik) / herediter
9. infeksi, penyakit hipersensitif
10. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
11. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
Diagnosa Keperawatan
- Gangguan perfusi jaringan renal sehubungan dengan kerusakan nepron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolisme
- Kelebihan volume cairan sehubungan dengan ketidakmampuan ginjal mengeskkresi air dan natrium
- Gangguan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan pembatasan intake (Diit) dan effect uremia yang mengakibatkan malnutrisi protein – calori.
- Potensial Infeksi sehubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.
- Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan dengan efek uremia.
- Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan proses pikir sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia dalam tubuh yang dihubungakan dengan uremia.
- Kurang mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan fisik.
- Resiko terjadinya diskusi seksual
- Gangguan gambaran diri

Askep Stroke Non Hemoragik


A. Definisi
Gangguan  peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Askep Stroke Non Hemoragik
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang diakibatkan   oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara;1996, hal 176).
B. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

C. Faktor resiko pada stroke
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
9. Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
D. Manifestasi klinis
Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
b. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
d. Sudah menetap/permanen
(Harsono,1996, hal 67)
E. Patways
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)
G. Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
H.Komplikasi
Hipoksia Serebral
Penurunan darah serebral
Luasnya area cedera
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
I. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
-     Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh  :
- Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
- Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
- Deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
- Perubahan tanda tanda vital
Tujuan  Pasien / criteria evaluasi ;
- Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
- Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
- Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran  / kekambuhan
Intervensi :
Independen
- Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi  individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
- Monitor dan catat status neurologist secara  teratur
- Monitor tanda tanda vital
- Evaluasi pupil  (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya )
- Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang  / persepsi lapang pandang
- Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
- Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
- Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
- berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
- berikan medikasi sesuai indikasi :
• Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )
• Antihipertensi
• Vasodilator perifer, missal cyclandelate,  isoxsuprine.
• Manitol
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir
Kriteria hasil:
- Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
- Ekspansi dada simetris
- Bunyi napas bersih saat auskultasi
- Tidak terdapat tanda distress pernapasan
- GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
- Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
- Penghisapan sekresi
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
- Berikan oksigenasi sesuai advis
- Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :
Pola nafas efektif
Kriteria hasil:
- RR 18-20 x permenit
- Ekspansi dada normal
Intervensi :
o Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
o Auskultasi  bunyi nafas.
o Pantau penurunan bunyi nafas.
o Pastikan kepatenan O2 binasal
o Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
o Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
o Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
3. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
5. Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996

Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik


A. Defenisi
Sindroma nefrotik ialah penyakit dengan gejala edema , proteinuria , hipoalbuminemia dan hiperkholesterolemia. Terbanyak terdapat antara 3-4 tahun dengan perbandingan pria ; wanita = 2 : 1. Tanda-tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus.
Askep Sindrom Nefrotik
B. Patofisiologi
Manifestasi primer sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma protein, terutama albumin, kedalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus menerus hilang melalui ginjal. Akhirnya terjadi hipoalbuminemia. Menurunnya tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah dari system vaskuler kedalam ruang cairan ekstraseluler. Penurunan sirkulasi darah mengaktifkan system rennin –Angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein dihati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia)
Sindrom nefrotik dapat terjadi disetiap penyakit renal intrinsic atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia. Penyebab mencakup glomerulonefrotis kronik, diabetes mellitus disertai glomerulosklerosis intrakapiler, amilodosis ginjal, penyakit lupus eritematosus sistemik dan trombosis vena renal.
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (piting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas (sacrum, tumit dan tangan), dan pada abdomen (acites). Gejala lain seperti malaise, sakit kepala, irritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
Silahkan download info lainnya Disini :
http://www.ziddu.com/download/12931852/AskepSindromNefrotik1.docx.html

Askep Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak



I.Pengertian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu sinus,rongga telinga dan pleura.
Askep ISPA
II.Klasifikasi
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
ISPA atas : Rinitis, faringitis,Otitis
ISPA bawah : Laringitis ,bronchitis,bronkhiolitis,pneumonia.
III. Etiologi
1.Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
- ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2.Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus
3.Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
IV. Faktor Resiko
Faktor diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan congenital,imunologis,BBLR dan premature.
Faktor lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.
V. Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1.Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2.Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
VI. Penatalaksanaan Medis
1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a.Riwayat : demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b.Tanda fisik : Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran tonsil,sakit menelan.
c.Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d.Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
2.Diagnosa  Keperawatan
a.Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
b.Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nyeri menelan,penurunan nafsu makan sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan akut.
c.Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA b.d kurang informasi
d.Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru.
Daftar Pustaka
- Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
- Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,Philadelpia,USA
- Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.

Askep Pada Pasien dengan Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Askep Diabetes Mellitus

Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Etiologi
1. Diabetes tipe I :
* Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
* Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
* Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
- Obesitas
- Riwayat keluarga

Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10.Neuropati viseral
11.Amiotropi
12.Ulkus Neurotropik
13.Penyakit ginjal
14.Penyakit pembuluh darah perifer
15.Penyakit koroner
16.Penyakit pembuluh darah otak
17.Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu
• Plasma vena :
* 200 = DM
• Darah kapiler :
* 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
• Plasma vena :
*
* 110 – 120 = belum pasti DM
* > 120 = DM
• Darah kapiler :
*
* 90 – 110 = belum pasti DM
* > 110 = DM
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).

Penatalaksanaan Askep Diabetes Mellitus

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

1. Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, wawancara, observasi dan dokumentasi secara biopsikososial dan spiritual.
a. Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.register RS, Diagnosa medis, penanggung jawab.
Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan : pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh.
b. Riwayat penyakit sekarang.
• perubahan pola berkemih.
• Pusing.
• Mual, muntah.
• Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti yang di derita pasien.
e. Pemeriksaan Fisik Diabetes Mellitus
• Keadaan umum : penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.
• Kulit : keadaan kulit, warnanya, turgor,edema, lesi, memar.
• Kepala : keadaan rambut, warna rambut, apa ada massa.
• Mata : bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana reaksi pupil terhadap cahaya, apakah menggunakan alat bantal.
• Hidung : strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman.
• Telinga : strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan, nyeri.
• Mulut : keadaan mulut, gigi, mukosa mulut dan bibir, apa ada gangguan menelan.
• Leher : keadaan leher, kelenjar tiroid.
• Dada/pernapasan/sirkulasi : bentuk dada, frekuensi napas, apa ada bunyi tambahan, gerakan dinding dada.
• Abdomen : struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung, bising usus, apa ada nyeri tekan.
f. Kebutuhan biologis.
• Nutrisi : pola kebiasaan makanan,
jenis makanan / minuman.
• Eliminasi : pola, frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi (BAK/BAB ).
• Istirahat / tidur : kebiasaan tidur selama di rumah dan RS.
• Aktivitas : Apakah terganggu atau terbatas, faktor yang memperingan atau memperberat, riwayat pekerjaan.
g. Riwayat psikologis.
Bagaimana pola pemecahan masalah pasien terhadap masalahnya demikian juga keluarga.
h. Riwayat sosial.
Kebiasaan hidup, konsep diri terhadap masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga, tetangga, dokter, perawat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL PADA DIABETES MELLITUS.
1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ditandai, pasien mengelih badan terasa lemah, berjalan dengan di bantu.
Tujuan : mobilisasi fisik terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelemahan
2. Diskusikan dengan pasien pentingnya aktivitas
3. Berikan partisipasi pasien dalam ADL
4. Dekatkan peralatan yang dibutukan pasien
5. Monitor tanda vital setelah dan sebelum melakukan aktiovitas ringan
6. Bantu pasien melakukan aktipitas ringan.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar gula darah ditandai Pasien mengatakan ia sering ingin buang air kecil, kadar gula sewaktu dan kadar gula darah puasa.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit:
Intervensi :
1. Kaji perubahan warna kulit
2. Anjurkan pasien berhati-hati dalam melakukan aktifitas (kekamar kecil)
3. Beritahu pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung pemanis.
4. Beritahu atau beri penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan penyakitnya.
3. Risiko hipoglikemia berhubungan dengan terlalu banyak insulin, makan sedikit, gula darah terlalu drastis turun ditandai kulit pucat, lembab, takikardi, diaforesis, gugup.
Tujuan : Mengatasi dan meminimalkan episode abnormal gula darah dan komplikasi vaskuler.
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala hipoglikemi :
a. Glukosa darah < 70 mg/dl
b. Kulit dingin, pucat, lembab
c. Takikardia, diaforesis
d. Gugup, gelisah
e. Inkoordinasi
f. Cenderung tidur
g. Ketidaksadaran tentang Hipoglikemia.
 
TOP