Loading...

Thursday 31 March 2011


PENGALAMAN VT (VAGINAL TOUCHER)


Memasukkan tangan ke dalam jalan lahir ibu bersalin untuk memantau perkembangan proses persalinan atau lazim disebut VT (vaginal toucher atau vaginal tousse atau periksa dalam dan sejenisnya) bukanlah sesuatu yang mudah. Selain perlu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, tetapi juga butuh perasaan...

Awal saya melakukan VT pada saat duduk di semester 4 di sebuah akademi kebidanan. Pada waktu itu saya dinas di rumah sakit pemerintah, Itu juga curi-curi kesempatan maklum perbandingan mahasiswa kebidanan dengan pasien tidak seimbang, lebih banyak mahasiswanya. Sementara VT tidak bisa dilakukan sesering mungkin, karena dapat menjadi pencetus terjadinya infeksi.

Selanjutnya beberapa kali saya melakukan VT baik di klinik atau di rumah sakit, meski tanpa bimbingan hanya mencoba-coba hingga tamat dan menyandang gelar bidan. Saya belum bisa membayangkan sebenarnya VT itu bagian apanya yang diperiksa. Meski dosen-dosen saya mengatakan cari portio bila ingin mengetahui pembukaan serviks, bahkan portio di gambarkan sebagai mulut, “maaf” pantat ayam, dan ilustrasi yang lain. Tapi tetap saja saya tidak bisa mengaplikasikannya ke pasien. Yang saya rasakan hanya, tangan saya panas, terdapat bidang yang sangat luas, lunak dan tentu saja bau lendir yang khas....

Hingga akhirnya saya dihadapkan pada pasien bersalin saya yang pertama. Secepatnya saya melakukan VT untuk memantau perkembangan persalinan. Tentu setelah melakukan pengkajian dan pemeriksaan palpasi terlebih dahulu, saya periksa ternyata pembukaan sudah lengkap, menurut saya. Persiapan persalinan sudah lengkap, tapi 3 jam kemudian bayi tidak kunjung lahir, dan pasien akhirnya saya rujuk..Baru saya rujuk 20 menit, bayi lahir.
Pasien ke dua datang, saat saya VT pembukaan sudah lengkap. Setelah itu pasien tidak saya ijinkan pulang, akhirnya pasien menginap di rumah saya. Tapi 12 jam di rumah saya tidak ada tanda-tanda pasien akan bersalin. Akhirnya si ibu pulang ke rumahnya, 1 minggu kemudian bayi lahir di bidan yang lain...

Ternyata keterampilan VT itu sangat penting, berbekal pengalaman kegagalan itu...saya akhirnya memutuskan untuk magang di klinik bersalin sebelum terjun menjadi bidan profesional.....dan akhirnya saya tahu bahwa kegagalan persalinan pada ke dua pasien saya berkat kesalahan diagnosa yang saya lakukan. Mudah-mudahan pengalaman ini dapat mengilhami bidan-bidan muda..

Mioma Uteri

Pengertian
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).

Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya (www. Infomedika. htm, 2004).

Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik, adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
  1. Estrogen
    Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
  2. Progesteron
    Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
  3. Hormon pertumbuhan
    Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
  1. Umur :
    Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
  2. Paritas :
    Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
  3. Faktor ras dan genetik :
    Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
  4. Fungsi ovarium :
    Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

Klasifikasi

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena
  1. Lokasi

    Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
  2. Lapisan Uterus

    Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
    • Mioma Uteri Subserosa

      Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
    • Mioma Uteri Intramural

      Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
    • Mioma Uteri Submukosa

      Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
      Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Komplikasi
  1. Pertumbuhan leimiosarkoma.

    Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause.
  2. Torsi (putaran tangkai)

    Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
  3. Nekrosis dan Infeksi

    Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit : turun.
  2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
  3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
  4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
  5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
  6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.

Penatalaksanaan
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan. Adapun cara penanganan pada myoma uteri yang perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal. Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO). TAH–BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus, serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignan neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis (Tucker, Susan Martin, 1998).

KEBIDANAN

QUEST:
Waktu hamil Kavin dulu aku sempat flek 2 kali yg
pertama di minggu ke-26 n yg kedua di minnguu ke 28…
puji Tuhan sihh si baby gpp..flek or perdarahannya krn
hormonal n akibat mulut rahimku yg pendek… solusinya
selain bedrest, ga boleh kegoncang-goncang , n ga
boleh berhub suami istri sampe lahiran ntar…

Kasus flek or perdarahan selama kehamilan mahh beda2..
n penangannya juga beda2..

ini aku Bantu dg artikel yaaa

From: Tonang D Ardyanto <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Thu Apr 6, 2006 8:43 am
Subject: Re: [sehat] Nanya lagi tentang pendarahan...



Pada 4/05/06 11:42AM, "ibnu malik" menulis :
> dear all...
> saya ibnu,istriku lagi hamil 6 bulan...
> Mo sharing neh..pada ibu2 yang punya pengalamannya
tolog kasih masukan
> ya...diawal kehamilan istriku mengalami pendarahan
yang cukup serius..
> tapi alhamdulillah baby nya masih bisa
diselamatkan..
> Dari hasil pemeriksaan Dsog menyarankan istri harus
istirahat totla sampe
> kelahiran..
> kemaren2 istri dikasih obat penguat janin Pregnolin,
penambah darah Dasabion,
> dan Kalsium Calk..tanya?apa obat2 itu ga berbahaya
buat janin, setahu saya
> kalo ibu hamil kan ga boleh makn obat2an, cukup
dengan yang natural saja?

Tapi maaf Pak, bukankah kehamilan yang "natural" juga
tanpa perdarahan?
Adanya perdarahan pada kehamilan harus dianggap serius
sampai terbukti tidak
masalah.

Kalau ditanya "apakah obat-obat itu berbahaya" :
relatif tidak. Kalau ditanya "apakah perlu" :
kondisional. Tergantung kondisi Ibu dan kehamilannya.
Ada perdebatan soal perlu tidaknya obat semacam
pregnolin -berisi hormon - dalam kasus ancaman aborsi
(adanya perdarahan termasuk salahsatu tanda yang harus
diwaaspadai Pak), karena itu saya melihat ini
kondisional. Misalnya pada kasus seperti Mamakavin
tersebut.

Yang di bawah ini ya tergantung kondisinya Pak,
silakan diskusi dengan dokternya.

> Yang mo saya tanyakan..
> Apakah memang istri harus bedrest total ga boleh
ngapa2in?
> klo menurut yang saya tahu memeasuki trimester II
dan III kan ibu hamil harus sering2 gerak pagi atao
sore biar proses kelahirannya lancar...
>

Pada 4/05/06 14:31PM, "mamakavin" menulis :

> periksa dalam itu sang dokter memasukkan jari ke
dalam vagina utk melihat kondisi leher rahim, kondisi
bsr panggul dari sini kadang DSOG bs memberikan
masukkan ttg persalinan normal..
> periksa dalam juga dilakukan saat proses
lahiran..utk memantau bsrnya bukaan..begitu sependek
pengetahuanku..

Yang diceritakan Ibu ini "bagian kecil" dari
pemeriksaan dalam. Istilah "belanda"nya Vaginal
Toucher, istilah generalnya Vaginal Examination.

Tujuannya banyak, intinya memeriksa organ reproduksi
mulai dari bagian luar sampai yang dalam (mahasiswa
kedokteran harus hafal persis apa yang harus ditulis
di laporan kalau melakukan pemeriksaan ini, tidak
boleh ada yang terlewat satu kata sekalipun hehehe
...)

Pemeriksaan bisa menggunakan "dua tangan" tidak hanya
"dua jari" (istilahnya bimanual) misalnya menilai
besarnya uterus, menentukan posisi kepala janin.

Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan :

1. Pemeriksaan dalam pada proses persalinan,
manfaatnya banyak, tetapi juga ada risiko menjadi
sarana kontaminasi. Karena itu ada aturan ketat (ada
istilah 10-P) sebelum melakukan vaginal toucher.
2. Adanya kelainan seperti placenta previa yang
diketahui dari USG, menjadi kontra-indikasi
pemeriksaan dalam, karena risiko memancing perdarahan
saat proses persalinan.
3. Adanya kecurigaan chorio-amnionitis (infeksi pada
dinding dan cairan ketuban) juga sangat diperhatikan,
karena tindakan pemeriksaan dalam bisa menambah risiko
infeksinya.
4. Pada kasus "nyeri akut" perut kanan-kiri bawah,
pemeriksaan dalam vagina kadang dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan proses akut di organ
reproduksi (torsi kista ovarium, KET). Jangan khawatir
kalau timbul "nyeri" saat diperiksa pada kondisi ini,
karena justru itu untuk meyakinkan dimana sebenarnya
rasa nyeri tersebut berasal (apakah usus buntu, apakah
dari organ reproduksi).
5. Pemeriksaan dalam tidak selalu dengan jari, tapi
ada alat tersendiri.

Karena itu, bila SpOG hendak melakukan pemeriksaan
dalam, ada baiknya Ibu/suami berdiskusi : apa indikasi
dan tujuan pemeriksaan tersebut. Bukan untuk
membantah, tetapi agar kita tahu persis apa yang ingin
dicapai (misalnya, tahu bahwa akan timbul nyeri dan
justru itu yg ingin dibuktikan).

Tambahan soal perdarahan (bukan pendarahan) :
Di minggu-minggu pertama kehamilan, kadang timbul
sedikit perdarahan, yang kalau dihitung-hitung cocok
dengan siklus menstruasi seandainya tidak hamil.
Ada istilah "Hartman Syndrome". Saat itu keseimbangan
hormonal tubuh belum sepenuhnya pada posisi hamil,
sehingga masih terjadi sedikit darah "SEPERTI"
menstruasi. Biasanya hanya spotting (flek) dan durasi
singkat 1-2 hari.
Karena itu, kadang SpOG tidak menemukan masalah, hanya
diminta istirahat, dan perdarahan spotting tersebut
berhenti sendiri.

Tetapi ini tidak mengubah klausul bahwa : setiap
perdarahan dalam kehamilan harus dianggap serius,
sampai terbukti tidak.

--
tonang
dokter umum
Waspadai Flek dan Perdarahan
Rina Sofiany
Fri, 08 Apr 2005 00:25:19 -0700


Waspadai Flek dan Perdarahan
Penulis : Disadur dari Tabloid Ibu & Anak

Flek kadang terjadi di awal kehamilan namun, kalau
terjadi perdarahan
harus di anggap serius. flek dapat berupa garis
kemerahan atau
kecoklatan, berbeda dengan perdarahan yang ditandai
dengan jumlah darah
yang banyak dan berwarna merah segar.

Salah satu penyebab flek yaitu ketika sel telur yang
sudah dibuahi
menempel dan menggali dinding rahim. Flek ini sangat
sedikit merah dan
cepat berhenti. Hal ini disebut flek inplantasi

Flek pada trimester pertama berbeda dengan trimester
kedua atau ketiga.
Pada trimester pertama bisa menjadi tanda awal
keguguran atau kehamilan
ektopik terutama jika disertai sakit atau kram di
daerah perut. Pada
trimester kedua dan tiga flek dapat menjadi tanda
adanya plasenta previa
(letak plasenta terlalu ke bawah), plasenta solutio
(plasenta lepas dari
dinding rahim), keguguran terlambat, gangguan
pembekuan darah, atau
persalinan prematur.

Ibu dikatakan mengalami abortus imminens bila hanya
terjadi flek tidak
terjadi mulas dan tidak ada pembukaan mulut rahim.
Namun jika jumlah
darah semakin banyak dan mulas makin sering sehingga
mulut rahim membuka
tapi hasil konsepsi (janin) masih dalam rahim, ibu
dikatakan mengalami
abortus insipiens. Dan jika sebagian hasil konsepsi
telah keluar disebut
abortus in komplet. Pada dua keadaan terakhir ibu
harus menjalani
dilakukan kuretase untuk mengeluarkan dan membersihkan
semua hasil
konsepsi.

Sekitar 25% wanita hamil mengalami flek atau
perdarahan, dan sekitar 50%
dialami oleh wanita yang keguguran. Namun jika di USG
dan ada degup
jantung janin di minggu 7-11 kehamilan peluang untuk
meneruskan
kehamilan lebih tinggi dari 90%.

Jika ibu hamil mengalami flek atau perdarahan, mungkin
perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk memastika calon ibu dan
bayi baik-baik saja.

Artikel ibu & anak Edisi No. 257 Thn V 30 Oktober 2003
Minggu 42

www.keluargarustamaji.blog.com




UcimamaKavin+dede di peyut 29 minggu

--- Juwita Petralia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Dear Moms,
>
> Share donk..ada gak yg selama hamil trus sering
> keluar flek coklat atau
> merah muda..
> Atau sempet kayak mens dikit...
> Aku hamil 9 minggu..dan lagi flek seperti di
> atas...Hamil anak kedua.
> Terus terang yg pertama seperti itu. Tapi aku bed
> rest..Pengennya yg
> kedua gak gitu lagi.
>
> Ada gak yg pernah flek tapi gak harus bed rest ???
> Please pencerahannya..akau binun bgt..tapi kata
> dokter gak boleh
> stress..
>
> Lia
>
>
>


Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com

PEMERIKSAAN DALAM PADA PERSALINAN

Yang ini pasti banyak yang belum tahu. Ternyata letak kepala itu ada beberapa variasinya. Tergantung bagian kepala mana yang terdapat pada bagian paling terdepan (baca: terendah) dari bayi di jalan lahir.

Letak kepala bayi yang normal adalah letak belakang kepala. Pada letak ini bayi menekukkan kepalanya sehingga dagu bayi nempel di dadanya. Pada saat diperiksa dalam (VT), maka bagian yang teraba oleh jari pemeriksa adalah ubun2 kecil bayi, bentuknya segitiga.

Letak kepala berikutnya adalah letak puncak kepala. Kepala bayi memandang lurus kedepan seperti sikap saat baris-berbaris (upacara). Pada posisi ini bayi lahir dengan posisi telentang /kepala tengadah. Persalinan bisa sulit pada primigravida (hamil pertama) sering dibutuhkan tindakan bantuan seperti cakum atau forceps, sedangkan pada multigravida umumnya bisa lahir kecuali jika ukuran bayi agak besar.

Letak muka (merupakan bagian dari kepala). Kepala bayi kelewat tengadah, seperti kita memandang keatas, melihat sesuatu tepat diatas kepala kita. Yang menjadi petunjuk dalam pemeriksaan dalam adalah dagu bayi serta teraba bagian lain dari muka seperi mulut dan hidung. Letak muka bisa lahir normal jika dagu bayi berada di bagian depan (posisi jam 12), dimana saat lahir dagu bayi bisa menekuk ke dadanya sehingga bisa melewati bagian bawah jaln lahir. Jika letak muka dengan dagu bayi di bagian belakang (posis jam 6), maka bayi tidak bisa dilahirkan normal. Harus dilahirkan dengan tindakan operasi cesar, dengan catatan posisi ini bukan saat muka masih "tinggi" alias belum turun ke dasar panggul.Karena posis dagu dibelakang (posis jam 6) dengan kepala masih tinggi masih bisa berputar menjadi dagu depan saat muka didasar panggul.

Letak dahi (jidat nya duluan). Pada letak ini kepala bayi kira2 antara letak puncak dan letak muka. Saat pemeriksaan dalam (VT) yang teraba adalah dahi dan tulang mata bagian atas. Pada letak ini bayi tidak bisa lahir pervagianam. Harus di cesar.

Read more: http://www.drdidispog.com/2008/10/jenis-letak-kepala.html#ixzz1IEo8kvFf

Wednesday 30 March 2011

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN / DENGAN PRESENTASI MAJEMUK TERHADAP Ny. S DI BPS MULIA TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2007

LANDASAN TEORI


Definisi
Menurut Harry Oxorn & William R Forte yang diedit oleh Dr. M. Hakimi, Ph. D dalam buku Patologi & Fisiologi Persalinan, presentasi majemuk adalah bila ada satu atau lebih anggota badan menumbung bersama dengan kepala atau bokong, keduanya bersama-sama masuk ke dalam panggul. Presentasi bokong kaki dan presentasi bahu tidak dimasukkan ke dalam golongan ini. Tali pusat menumbung menyertai keadaan ini pada 15 sampai 20 persen kasus.

Sedangkan menurut Morton A. Stenchever dan Tanya Sorensen yang dialih bahasakan oleh dr. Chrisdiono M. Achadiat, pada buku Penatalaksanaan Dalam Persalinan, suatu “presentasi rangkap” (“compound presentastion”) yang menunjukkan adanya lengan atau tangan di depan bersama-sama dengan verteks.
Meskipun biasanya keadaan ini dapat terkoreksi sendiri selama perjalanan persalinan, namun risiko prolaps tali pusat meningkat seperti halnya pada presentasi bukan verteks. Dokter harus waspada terhadap kemungkinan ini, dan janin haruslah dipantau. Prolaps tali pusat ditangani dengan menaikkan bagian terdepan (presenting-part) untuk mencegah kompresi tali pusat, sementara itu menyiapkan seksio sesarea secepatnya. Sebagian besar dari presentasi rangkap dilahirkan melalui vagina tanpa dilakukan intervensi.

Kemudian pada Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal oleh Sarwono Prawirohardjo, persalinan spontan pada presentasi ganda hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil atau mati dan maserasi. Lengan yang mengalami prolaps kadang-kadang dapat diubah posisinya dengan membantu ibu untuk mengambil posisi knee-chest, sorong tangan keatas ke luar dari simfisis pubis dan pertahankan di sana sampai timbul kontraksi kemudian dorong kepala masuk ke dalam panggul. Lanjutkan dengan penatalaksanaan untuk persalinan normal. Jika prosedur gagal atau terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio sesarea.
Pada buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal oleh Sarwono Prawirohardjo, presentasi ganda ( majemuk ) terjadi bila ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps di samping bagian terendah janin.

Lalu menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kebidanan, presentasi ganda ialah keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan, yang paling sering diantaranya ialah adanya tangan atau lengan disamping kepala.

Klasifikasi Presentasi Majemuk (menurut Harry Oxorn)
1. Presentasi kepala dengan bagian yang menumbung berupa :
a. Tungkai atas ( lengan – tangan ) salah satu atau keduanya.
b. Tungkai bawah ( tungkai –kaki ) salah satu atau keduanya.
c. Lengan dan kaki bersama – sama.

2. Presentasi bokong dengan tangan atau lengan yang menumbung.
Kombinasi yang paling sering dijumpai adalah kepala dengan tangan atau lengan. Sebaliknya kombinasi kepala – kaki dan bokong – lengan sama – sama jarang ditemui. Penumbungan baik tangan dan kaki bersama - sama di samping kepala adalah jarang. Semua kombinasi dapat disertai tali pusat yang juga menumbung dan dengan ini kemudian menjadi masalah yang penting.

Etiologi
Menurut Harry Oxorn, etiologi presentasi majemuk meliputi semua keadaan yang menghalangi pengisian dan penutupan PAP sepenuhnya oleh bagian terendah janin. Faktor penyebab yang paling umum adalah prematuritas. Yang lain adalah bagian terendah yang tinggi disertai pecahnya ketuban, multiparitas, panggul sempit, dan bayi kembar.

Dan menurut Sarwono Prawirohardjo yang memiliki pendapat yang tidak berbeda yakni, presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada kesempitan panggul dan janin yang kecil.

Diagnosis
Diagnosis presentasi majemuk menurut Harry Oxorn dibuat dengan pemeriksaan vaginal ( Pemeriksaan Dalam ). Seringkali baru diketahui setelah persalinan lanjut dan pembukaan lengkap.

Menurut Sarwono Prawirohardjo, diagnosis berdasarkan pemeriksaan luar saja sulit diteemukan, sedangkan pada pemeriksaan dalam, disamping kepala atau bokong dapat diraba tangan, lengan atau kaki. Kemungkinan pada pemeriksaan dalam teraba juga tali pusat menumbung, yang sangat mempengaruhi prognosis janin


Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan presentasi ganda (majemuk) menurut Harry Oxorn adalah mekanisme persalinan presentasi pokoknya. Oleh karena diameternya lebih besar, kemungkinan terhambatnya kemajuan persalinan lebih besar. Pada kebanyakan kasus persalinan tidak terhambat dan bagian terendah terdorong ke bawah menuju PAP. Bila terjadi distokia, janin tetap tinggi, diperlukan tindakan operatif.
Dan menurut Sarwono Prawirohardjo, pada presentasi ganda pada umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil tindakan, karena pada panggul uuran normal, persalinan dapat spontan pervaginam. Akan tetapi apabila lengan seluruhnya menumbung disamping kepala, sehingga menghalangi turunnya kepala, dapat dilakukan reposisi lengan.
Penanganan Presentasi Majemuk
Menurut Sarwono Prawirohardjo, apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli, maka penanganan bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin dalam keadaan baik dan pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan seksio sesarea, sedangkan bila pembukaan lengkap, panggul mempunyai ukuran normal pada multipara, dapat dipertimbangkan untuk melahirkan janin pervaginam. Dalam keadaan janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya dilakukan atas indikasi ibu.
Penanganan paling baik menurut Harry Oxorn untuk presentasi majemuk (tanpa komplikasi seperti tali pusat menumbung) adalah menunggu dengan penuh perhatian. Pada kebanyakan kasus setelah pembukaan menjadi lengkap dan bagian terbawah turun, lengan atau kaki yang menumbung naik keluar dari panggul sehingga memungkinkan persalinan maju, tidak perlu dilakukan tindakan apa – apa.

Untuk persalinan terhambat dengan komplikasi :

1. Reposisi bagian yang menumbung
Pada panggul normal bila kemajuan persalinan terhambat lengan atau kaki harus dikembalikan, dibawah anastesi, dan kepala didorong masuk panggul. Bila kepala sudah turun jauh di dalam panggul dan pembukaan lengkap, kepala dikeluarkan dengan forceps.

2. Sectio Caesarea
Dilakukan sectio caesarea bila ada disproporsi kepala panggul, bila reposisi tidak dapat dilakukan atau tidak berhasil, atau bila ada beberapa keadaan lain yang merupakan kontra indikasi persalinan pervaginam.


3. Versi Ekstraksi
Cara ini mengandung bahaya ruptura uteri dan kematian janin, oleh karena itu hanya digunakan dalam penanganan presentasi majemuk tanpa komplikasi. Perkecualian adalah anak kedua bayi kembar.

Pada 12 sampai 23 persen kasus presentasi majemuk ada komplikasi tali pusat menumbung. Ini kemudian menjadi masalah yang besar dan penting sehingga penanganannya ditujukan terutama pada tali pusat yang menumbung.

Dalam memilih cara penanganan maka diperhatikan faktor – faktor sebagai berikut :
1. Presentasi
2. Ada tidaknya tali pusat menumbung
3. Keadaan ketuban
4. Keadaan cerviks
5. Keadaan dan ukuran bayi
6. Adanya bayi kembar















ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN /
DENGAN PRESENTASI MAJEMUK TERHADAP Ny. S
DI BPS MULIA TELUK BETUNG
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2007


A. PENGUMPULAN DATA DASAR, 16 MARET 2007, PKL. 06.00 WIB
I. Identitas
Nama Isteri : Ny. Sarinah Nama Suami : Tn. Haris
Umur : 20 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU
Pekerjaan : I R T Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Ikan Sembilang Alamat : Jl. Ikan Sembilang
No. 27 T. Betung no. 27 T. Betung
B. Lampung B. Lampung

II. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama, tidak pernah keguguran, usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas dan nyeri perut yang menjalar sampai ke pinggang.

b. Tanda – tanda persalinan
His : Ada, sejak tanggal 16 Maret 2007 pukul 03.00 WIB
Frekuensi : 1 x setiap 10 menit
Lamanya : 20 detik
Kekuatan : kuat

c. Riwayat Imunisasi
TT 1 : pada usia kehamilan 6 bulan di puskesmas
TT 2 : pada usia kehamilan 7 bulan di puskesmas

d. Makan dan minum terakhir
Ibu makan terakhir tanggal 15 Maret 2007 pukul 06.00 WIB
Ibu sering minum, dan minum terakhir 1 gelas air putih.

e. Eliminasi
BAB terakhir 1x pada 16 Maret 2007 pukul 05.30 WIB
BAK terkahir 1x pada 16 Maret 2007 pukul 05.30 WIB

f. Aktifitas sehari – hari
Ibu mengatakan tidur malam selama 8 jam, dan tidak tidur siang.

g. Psikologis
Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

III. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis

b. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Pernafasan : 22 x / mmenit
Temperatur : 37° C
Nadi : 78 x / mnt

c. Inspeksi
1. Rambut : Bersih, tidak mudah dicabut, warna hitam dan tidak ada ketombe.
2. Muka : Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum.
3. Mata : Kanan dan kiri simetris, konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, fungsi pengihatan normal.
4. Hidung :Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret dan fungsi penciuman baik.
5. Mulut dan gigi : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang berlubang dan tidak ada stomatitis.
6. Telinga : Bersih, tidak ada serumen dan fungsi pendengaran baik.
7. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis.
8. Mammae : Simetris, tidak ada benjolan yang abnormal, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae dan kolostrum sudah keluar.
9. Genetalia : Tidak terdapat varices maupun pembesaran kelenjar batholini, tidak ada oedema, tampak pengeluaran blood slym.
10. Punggung dan pinggang : terdapat tanda michales yang simetris.
11. Ekstremitas atas dan bawah :
Atas : Simetris, keadaan bersih, tidak cacat dan berfungsi dengan baik
Bawah : Simetris, keadaan bersih, terdapat oedema dan berfungsi dengan baik.
d. Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan pusat Px, pada fundus teraba 1 bagian yang lunak, tidak melenting dan kurang bundar yang berarti bokong.
Leopold II : Pada perut bagian sebelah kiri teraba ada tahanan yang lebar yang berarti punggung dan sebelah kanan teraba bagian yang kecil – kecil yang berarti ekstremitas.
Leopold III : Bagian terbawah janin, teraba bulat, keras dan melenting yang berarti kepala.
Leopold IV : Bagian yang terbawah janin sudah masuk PAP. H II
TFU : 31 cm
Mc. Donald
TBJ : ( TFU – 11 ) x 155
= ( 31 – 11 ) x 155
= 3100 gram

e. Auskultasi
DJJ terdengar 140 x/menit, punctum maximum dibawah pusat sebelah kiri.

f. Perkusi
Reflek patela positif

g. Pemeriksaan Dalam, pukul 06.15 WIB
Vulva / Vagina : Blood Slym
Dinding Vagina : Tidak kaku
Serviks : Tipis, pembukaan 3 cm, efficement 30%
Ketuban : Belum pecah (+)
Presentasi : Teraba kepala, UUK kiri depan dan tangan
Penurunan : Hodge II
His : Ada
Frekuensi : 1x dalam 10 menit
Lamanya : 20 detik








Pengawasan Kala I
a. Fase Laten
Pukul

Pembukaan

Kontraksi

Lamanya

Nadi

DJJ

Penurunan

Ketuban
06.15
06.45
07.15
07.45
08.15
08.45
09.15
09.45
10.15

3 cm







6 cm

1x10 mnt
1x10 mnt
2x10 mnt
2x10 mnt
2x10 mnt
2x10 mnt
3x10 mnt
3x10 mnt
4x10 mnt

20 dtk
20 dtk
20 dtk
20 dtk
20 dtk
20 dtk
20-40
20-40
20-40

78
78
80
80
80
80
80
82
82

140
140
140
145
145
145
145
145
145

4/5







3/5

(+)







(+)

b. Fase Aktif
Partograf terlampir

B. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Diagnosa
Ibu G1 P0 A0 hamil aterm, inpartu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi majemuk, kala I fase laten.
Dasar : Ibu mengatakan hamil anak pertama dan sakit perut, sering, teratur yang menjalar sampai ke pinggang.
HPHT : 12 Juni 2006 TP : 19 Maret 2007
Leopold I : TFU pertengahan pusat dan Px, pada fundus teraba bokong.
Leopold II : Punggung kiri
Leopold III : Bagian bawah teraba kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP H II
DJJ ada, ffekuensi 140 x/mnt.
Pemeriksaan dalam : pembukaan 3 cm , efficement 30 % , ketuban (+).
2. Masalah
Nyeri karena adanya his
Dasar : Ibu mengatakan merasa mulas dan nyeri pada pinggang semakin sering.
3. Kebutuhan
Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan


C. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Potensial terjadinya penyulit pada persalinan.


D. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan.

E. RENCANA MANAGEMENT
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan
2. Cara mengedan yang efektif
3. Siapkan alat alat – alat
a. Siapkan ruang untuk persalinan
b. Alat untuk persalinan
c. Perlengkapan untuk ibu dan bayi
4. Siapkan ibu
a. Ganti pakaian ibu
b. Tempatkan diruang bersalin
5. Hadirkan orang – orang terdekat ( suami, orang tua ) untuk memberi dukungan psikologis.
6. Beri nutrisi
Beri ibu kebutuhan nnutrisi berupa makanan dan minuman.
7. Pantau tanda – tanda vital
Ukur tanda – tanda vital : TD, RR, Nadi, suhu
8. Pantau kemajuan persalinan
Gunakan partograf dalam memantau kemajuan persalinan.


F. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan pada ibu bahwa proses persalinan sedang berlangsung, ibu dianjurkan untuk menarik nafas panjang bila perutnya terasa sakit dan ibu boleh mencari posisi yang nyaman, ibu boleh minum dan BAK ke kamar mandi.
2. Mempersiapkan alat untuk persalinan yaitu :
a. Menyiapkan ruangan utnuk bersalin yang bersih dan menciptakan lingkungan senyaman mungkin.
b. Menyiapkan alat untuk persalinan yaitu :
1. Klem Kelly 2 buah
2. Gunting
3. Gunting Episiotomi
4. ½ Koher
5. Jarum Heating
6. Chutget
7. Benang tali pusat atau klem plastik
8. Kateter nelaton
9. 2 pasang sarung tangan DTT atau steril
10. Kasa/ kain kecil untuk membersihkan jalan nafas bayi
11. Gulungan kapas basah menggunakan air DTT
12. Spuit 2½ atau 3 ml dengan jarum, IM sekali pakai
13. 4 kain bersih bisa disiapkan keluarga
14. 2 handuk untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi
15. Kateter penghisap De Lee ( penghisap lendir )
c. Perlengkapan pakaian untuk ibu dan bayi
3. Anjurkan pada ibu untuk miring ke kiri bila his datang agar vena cava inferior tidak tertekan sehingga mengurangi terjadinya asfiksia pada bayi.
4. Menganjurkan kepada ibu mengenai cara meneran yang baik, yaitu saat his datang ibu menarik nafas panjang, kedua tangan merangkul paha, angkat kepala, mata melihat ke arah perut dan mulut ditutup. Dan teknik relaksasi yaitu ibu diminta melepaskan nafas dengan meniup melalui perut sewaktu his hilang dan ibu istirahat di luar his.
5. Menyiapkan ibu
Mengganti pakaian ibu dan menempatkan ibu diruang bersalin.

6. Melibatkan orang – orang untuk memberi dukungan psikologis.
Hadirkan pendamping yang dianggap penting bagi ibu seperti suami dan orang tua.

7. Memberi nutrisi
Memberi nutrisi pada ibu berupa makanan dan minuman setiap ibu menginginkan.
8. Memantau dan mengukur tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg Pernafasan : 20 x/mnt
Nadi : 80 x/mnt Suhu : 30°C

9. Menggunakan partograf untuk memantau kemajuan persalinan
a. Kontraksi uterus dalam 10 menit
b. Denyut jantung janin setiap 30 menit

G. EVALUASI
1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini bahwa ibu sedang neghadapi proses persalinan.
2. Ibu mengatakan sangat cemas menjelang persalinan
3. Ibu mengatakan telah mengerti cara meneran yang baik
4. Ibu akan melaksanakan semua anjuran bidan.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 16 Maret 2007, jam 14.15 WIB

Kala II
S : 1. Ibu mengatakan rasa ingin BAB dan ingin meneran
2. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang ke perut bagian bawah
3. Ibu mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

O : 1. His 4x dalam 10 menit, teratur lamanya > 40 detik
2. DJJ 145 x/menit, teratur, pengeluaran dari vagina blood slym yang semakin banyak
3. Keadaan kandung kemih kosong
4. Inspeksi : vulva membuka, anus mengembang, perineum menonjol
PD pkl 14.15 WIB dengan hasil
Vulva/vagina : Blood slym
Dinding vagina : Tidak kaku
Serviks : Tipis, pembukaan 10 cm, efficement 100%
Ketuban : Pecah pukul 13.25 WIB
Presentasi : Teraba kepala UUK kiri dan tangan
Penurunan : Hodge IV (+) 0/5
His : Ada
Frekuensi : 5x dalam 10 menit
Lamanya : > 40 detik
5. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 22 x/menit
Nadi : 78 x/menit
Suhu : 37,5°C


A : Diagnosa
Ibu G1 P0 A0 hamil aterm, inpartu, janin tunggal, hidup, intrauterin, presentasi majemuk
Dasar :
Ibu mengatakan hamil anak pertama
HPHT : 12 Juni 2006 TP : 19 Maret 2007
His 4 x/menit, lamanya > 40 detik teratur.
Pada inspeksi tampak vulva membuka, anus mengembang, dan perineum menonjol
Pada pemeriksaan dalam teraba kepala dan tangan, portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-), presentasi mejemuk, penurunan bagian terendah di Hodge IV.
DJJ : 140 x/menit, teratur, terdapat 1 punctum maximum.

Masalah :
Presentasi Majemuk

Dasar :
Pada pemeriksaan dalam teraba kepala dan tangan bayi. Kemajuan persalinan agak lama namun tetap ada kemajuan kepala janin.

Kebutuhan :
1. Memberikan dukungan terus – menerus pada ibu
2. Menjaga kandung kemih tetap kosong
3. Memimpin meneran dan bernafas yang baik selama persalinan
4. Melakukan pertolongan persalinan





P :
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan ibu memasuki proses persalinan untuk melahirkan bayinya.
2. Berikan dukungan / support terus menerus ibu harus semangat dalam menjalani proses pesalinan ini.
3. Pimpin ibu untuk meneran : ibu boleh meneran pada waktu timbul his seperti orang BAB keras, meneran di bawah, kepala melihat ke fundus, tangan merangkulkedua pahanya, jangan bersuara saat meneran sampai his hilang.
4. Anjurkan ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan. Saat his hilang anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluarkan melalui mulut, beri minum di antara his.
5. Lakukan pertolongan persalinan dengan teknik septik dan anti septik.
6. Bantu proses kelahiran bayi, bantu kelahiran kepala.
7. Lahirkan bahu, dan lahirkan seluruh tubuh bayi.
8. Bayi lahir sppontan pervaginam pukul 14.45 WIB, letak belakang kepala, jenis kelamin perempuan, BB : 3000 gram, PB : 48 cm.

Kala III, pukul 14.50 WIB
S : 1. Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya.
2. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya.

O : 1. Ibu tampak senang dan bahagia
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37°C
Nadi : 78 x/menit
2. Plasenta belum lahir
3. Pada palpasi di dapat uterus teraba bulat dan keras. TFU : sepusat
4. Pada inspeksi tidak terdapat robekan jalan lahir.
A : Diagnosa
Ibu P1 A0 partus spontan pervaginam
Dasar : Bayi baru lahir spontan pervaginam pukul 14.45 WIB. Plasenta belum lahir.
Kebutuhan :
Melakukan Manajemen aktif kala III
1. Berikan oksitosin
2. Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali
3. Segera lahirkan plasenta
4. Lakukan masase fundus

P :
1. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong dan kontraksi uterus baik
2. Memberikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha bagian luar.
3. Lakukan peregangan tali pusat terkendali saat ada kontraksi
4. Observasi tanda – tanda pelepasan plasenta
5. Melahirkan plasenta
6. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 15.00 WIB, kotiledon dan selaput ketuban utuh.
Panjang tali pusat : 40 cm
Diameter plasenta : 15 cm
Berat plasenta : 500 cm
Tebal plasenta : 3 cm
Insersi : -
7. Melakukan masase secara sirkuler dalam 15 detik pertama dan ajarkan ibu untuk memasase fundusnya
8. Jaga personal hygiene, membersihkan pakaian ibu dan mengganti pakaian ibu.
9. Periksa kontraksi ibu, dan ternyata berkontraksi dengan baik, dan uterus teraba keras.
Kala IV, pukul 15.05 WIB
S : 1. Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayi perempuannya.
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
3. Ibu merasa lega karena plasenta sudah lahir.

O : 1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg Nadi : 78 x/menit
RR : 21 x/ menit Suhu : 37°C
2. TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baiks
3. Jumlah perdarahan ± 150 cc, konsistensi berupa darah segar cair.


A : Diagnosa
P1 A0 partus spontan pervaginam

Dasar :
1. Ibu melahirkan anak ke – 1
2. Ibu partus spontan pervaginam pukul 14.45 WIB
3. Plasenta lahir lengkap pukul 15.00 WIB
4. TFU 1 jari dibawah pusat

Masalah :
Nyeri adanya his

Dasar :
Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah

Kebutuhan :
1. Observasi keadaan ibu; keadaan umum, perdarahan yang keluar, involusi uterus dan TTV
2. Tenangkan ibu dan yakinkan bahwa nyeri itu normal

P : 1. Keadaan umum ibu
2. Periksa fundus
a. TFU : 1 jari di bawah pusat
b. Kontraksi uterus baik
c. Perdarahan normal
d. Keadaan umum ibu dan tanda – tanda vital
3. Periksa kandung kemih, tekan blasnya, apabila teraba penuh, rangsang untuk berkemih.
4. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene
5. Anjurkan ibu dan keluarga tentang tanda – tanda bahaya post partum
6. Anjurkan keluarga untuk melapor ke bidan jika ada tanda – tanda bahaya seperti demam, perdarahan berlebihan, perut tidak mulas, dan fundus tidak ada kontraksi
7. Anjurkan ibu untuk istirahat serta makan dan minum
8. Susukan bayi dan lakukan rooming in
9. Anjurkan ibu untuk hanya memberikan ASI pada bayinya tanpa diberi tambahan lain.
10. Anjurkan dan ajarkan kepada ibu untuk merawat tali pusat bayi dengan menggunakan kassa steril minimal 2x setiap hari setelah mandi.
11. Beritahu bahwa ibu dapat mandi setelah 6 jam post partum.










Daftar Pustaka

Oxorn, Harry. 1996. ILMU KEBIDANAN : PATOLOGI & FISIOLOGI PERSALINAN. Yayasan Essenti Medica

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

A. Stenchever MD, Morton and Tanya Sorensen MD. PENATALAKSANAAN DALAM PERSALINAN. Jakarta, Hipokrates

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. BUKU ACUAN NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL & NEONATAL. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

PEMERIKSAAN DALAM PADA PERSALINAN

Periksa Dalam(PD) dilakukan guna mengevaluasi ada-tidaknya kelainan pada keadaan jalan lahir.Misal, adakah sekat atau varises di vagina, juga polip atau tumor di mulut rahim.lewat PD, semua kelainan ini terlihat langsung.
Dengan kata lain PD amat penting karena menjadi semacam scanning.Jika ada kelainan, bisa langsung terpantau dan dapat ditangani. Kehamilan pun sejak awal bisa dipantau, termasuk berisiko tinggi atau tidak. Ini berarti, lewat PD, berbagai risiko bisa diminimalkan. Semisal risiko perdarahan bila ibu memiliki varises di vagina atau malah "jengger ayam" yang termasuk dalam PHS (Penyakit Hubungan Seksual).
KAPASITAS PANGGUL
Teorinya seorang wanita hamil wajib menjalani 2 kali PD selama kehamilannya. Yang pertama dilakukan saat pertama kali datang di trimester pertama. Memang, tak semua dokter mengharuskan PD di saat ini, terlebih jika tak ada keluhan yang mengarah pada kecurigaan ada kelainan di jalan lahir.
Pemeriksaan berikut dilakukan pada trimester terakhir, tepatnya saat kehamilan 36 minggu.Kalau PD di trimester pertama bertujuan mengevaluasi jalan lahir, yang ini lebih untuk mengevaluasi kondisi jalan lahir bila memang direncanakan melahirkan per vaginam. Dokter juga akan menilai, apakah kapasitas panggul si ibu terbilang sempit, sedang, atau cukup luas, untuk dilalui bayi.
Bila dipastikan panggul bisa dilewati bayi dan tak ada indikasi lain yang mengharuskan sesar, maka akan ditunggu hingga kehamilan mencapai usia maksimal 42 minggu. Sedangkan jika kapasitas panggul ibu dan bayi tak seimbang (semisal bayi berukuran besar, atau ukuran bayi normal namun panggul ibu terbilang sempit), maka akan ditetapkan rencana melahirkan secara sesar 2 minggu kemudian, yakni pada usia kehamilan 38 minggu.
Selain informasi mengenai kapasitas panggul, PD pada trimester ketiga juga untuk menilai kemungkinan ada penghambat proses persalinan per vaginam. Semisal odem atau pembengkakan pada vulva.
Umumnya ibu tak lagi merasa sakit saat diperiksa pada PD trimester ketiga. Sebab, struktur organ-organ reproduksinya sudah sedemikian lunak atau lentur.Mungkin PD trimester pertama terasa agak sakit karena organ-organ reproduksinya memang masih kaku.
KEMAJUAN PERSALINAN
PD juga akan dilakukan saat ibu sudah dalam keadaan inpartus atau memasuki kala I, yakni saat mulai terasa mulas dan mengalami his secara teratur sebagai tanda akan segera melahirkan. Informasi yang diharapkan didapat pada PD kali ini mirip dengan PD di usia kehamilan 36 minggu. Bedanya,lebih spesifik mengenai kemajuan persalinan. Umpamanya, pembukaan lahir sudah sejauh mana, kepala bayi sudah turun sampai mana, masih adakah selaput ketuban sebab jika sudah pecah harus diberi tindakan.Tentu saja PD yang dilakukan ini mensyaratkan terjaminnya faktor kebersihan dari petugas medis serta alat-alat yang digunakan agar tak memicu infeksi.
Lewat PD juga bisa dinilai tentang kepala bayi. Misal, apakah sudah memutar atau belum dan sampai mana putaran tersebut karena kondisi ini akan menentukan jalannya persalinan.Kalau ubun-ubun kecil sudah menghadap ke depan, contohnya, berarti sudah turun mencapai pembukaan sekian. Sementara jika menghadap ke belakang, perlu diwaspadai, jangan-jangan posisi kepala bayi terbalik. Penanganan persalinan bakal lebih sulit dan jika pemimpin persalinan tidak sigap/cermat, bayi akan susah lahir dan si ibu pun berisiko mengalami cidera jalan lahir.
Jika dalam tenggang waktu 8 jam setelah PD, saat inpartus bayi belum lahir juga, PD berikutnya boleh dilakukan untuk mengevaluasi kemajuan persalinan itu sendiri. Jika kondisinya begitu-begitu saja,semisal masih tetap pembukaan 3 setelah 4 jam berlalu yang seharusnya diharapkan sudah mencapai pembukaan 7, tentu akan diakhiri dengan bantuan induksi supaya segera lahir. Kalau tindakan ini juga "tak mempan" berarti harus operasi sesar.
Sebaliknya PD tak perlu dilakukan lagi bila setelah sekian jam masa penantian tadi, respon si ibu sesuai dengan grafik kemajuan proses persalinannya. Di antaranya muncul perasaan ingin mengedan yang tak lagi bisa ditahan dan vulva kian melebar, yang merupakan pertanda pembukaan telah lengkap.
Harus Ada Indikasi Kuat
Jika memang diperlukan,PD bisa dilakukan di luar kedua waktu tadi. Pada dasarnya PD akan dilakukan sesuai kebutuhan. Kalau di trimester kedua ibu mengeluh keputihan yang gatal, bau, dan dalam jumlah banyak, misal, harus dicurigai ada infeksi jamur atau gangguan lain. Berdasar keluhan tadi, PD dilakukan untuk menilai seberapa banyak lendir keputihan berada di jalan lahir, sekaligus memastikan apakah keputihan tersebut fisiologis atau patologis yang perwujudannya mirip susu basi.
PD juga dilakukan bila terjadi perdarahan yang seharusnya tak boleh terjadi selama kehamilan. Meski cuma setetes, harus dicari dari mana sumbernya hingga bisa ditentukan bentuk pertolongannya. Perdarahan dari mulut rahim akibat laserasi mulut rahim tentu relatif lebih aman dibanding perdarahan dari rahim yang bisa mengancam kehamilan.
Perkaya Diri Dengan Informasi
Menurut psikolog Lila Pratiwi, rasa risih dan tak nyaman wajar dialami pasien kebidanan. Hanya saja bisa diminimalkan bila yang bersangkutan percaya,tindakan yang dilakukan dokter yang menanganinya sesuai dengan profesi dan etika kedokteran.
Pasien, lanjut Lila,perlu menyiapkan diri dengan mencari kejelasan informasi. Lewat bacaan atau bertanya pada ahlinya, misal. Dokter pun, harap Lila, jangan menganggap pasien hanya sebagai objek semata. Sebelum melakukan PD, misal, beri penjelasan pada pasien mengenai tujuan tindakan tersebut. Berbekal pengetahuan dan kerjasama semacam itu, si ibu biasanya akan bersedia menjalani prosedur pemeriksaan apa pun dengan penuh kesadaran demi kebaikan dirinya serta lebih percaya diri menjalaninya.
Belum Ada Pemeriksaan Pengganti
Sayangnya,sampai saat ini tak ada alat secanggih apa pun yang bisa menggantikan fungsi PD. Pemeriksaan USG, contohnya, hanya bisa diandalkan untuk mengevaluasi kesejahteraan janin maupun kondisi uterus. Sementara kondisi mulut rahim itu sendiri tak bisa dinilai lewat pemeriksaan USG.
Yang jelas,untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, jam terbang alias pengalaman dan kecermatan dokter amat menentukan dalam melakukan PD.

PENTINGNYA PEMERIKSAAN RUTIN SELAMA KEHAMILAN


Dengan pemeriksaan rutin kita bisa mendeteksi dini jika ada kelainan. Jadi, jangan angap enteng apalagi mengabaikannya.

Hampir semua ibu hamil pasti menginginkan kehamilannya berjalan lancar, persalinan berjalan normal, dan melahirkan bayi sehat. Untuk mewujudkan keinginan tersebut tak pelak lagi dibutuhkan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Sebenarnya, pemeriksaan apa sajakah yang diperlukan ibu selama kehamilannya? Berikut ini dr. Achmad Mediana, SpOG dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta menjelaskannya untuk Anda.
MANFAAT PEMERIKSAAN
Sebenarnya bukan hanya untuk ibu, pemeriksaan kehamilan pun bermanfaat untuk kesejahteraan janin. "Untuk ibu, misalnya, pemeriksaan berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat segera mengobatinya; mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan; mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan; mengetahui berbagai masalah yang berkaitan dengan kehamilannya, juga bila kehamilannya dikategorikan dalam risiko tinggi, sehingga dapat segera ditentukan pertolongan persalinan yang aman kelak."
Sementara untuk bayi, pemeriksaan itu bisa meningkatkan kesehatan janin dan mencegah janin lahir prematur, berat bayi lahir rendah, lahir mati, ataupun mengalami kematian saat baru lahir.
JADWAL PEMERIKSAAN
Jadwal pemeriksaan kehamilan dapat dibagi sebagai berikut:
* ANC (antenatal care) pada trimester I cukup satu kali saja.
* ANC trimester II sebanyak 1 kali setiap empat minggu.
* Setelah kehamilan berusia 28 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap tiga minggu.
* Setelah kehamilan berusia 32 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap dua minggu.
* Setelah 38 minggu, pemeriksaan dilakukan satu kali setiap minggu.
Jadi, semakin tua kehamilan maka perlu pemeriksaan semakin sering. Mengapa demikian? Sebab dengan semakin tuanya usia kehamilan, maka sewaktu-waktu bayi bisa lahir. "Nah, untuk mencegah kebrojolan, maka diperlukan pemeriksaan lebih rutin."
JENIS PEMERIKSAAN
Lantas, pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan selama kehamilan?
1. Anamnesa
Terdiri atas pertanyaan tentang identitas, lama terhambat menstruasi, tanggal menstruasi terakhir, dan keluhan yang berkaitan dengan kehamilan. Misalnya, mual-muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, nafsu makan berkurang atau malah bertambah. Juga akan ditanyakan riwayat kehamilan sebelumnya jika itu bukan kehamilan pertamanya.
2. Pemeriksaan Fisik
Mencakup berat badan, tanda-tanda kehamilan, adanya penyakit kelamin atau tidak, ada anemia atau tidak, bagaimana pula jantungnya, paru-parunya, serta bagaimana payudaranya (ada air susu yang keluar atau tidak), serta adakah bengkak di kaki.
Untuk melihat tanda-tanda kehamilan, karena pada usia muda ini pembesaran rahim belum atau sulit diraba dari luar, maka tanda-tanda kehamilan dilakukan lewat pemeriksaan dalam; melalui evaluasi pembesaran rahim, tanda perlunakan leher rahim, dan sebagainya.
Sedangkan pada trimester III, pemeriksaan rutin meliputi keadaan fisik pasien, misalnya, tampak sakit atau pucat, pengukuran tekanan darah, nadi pernafasan, suhu, dan keadaan kulit, misalnya, adakah pigmentasi, striae perut, keadaan kulit di sekitar puting susu, dan sebagainya. Juga dilakukan pemeriksaan khusus yang meliputi pemeriksaan payudara, mendengarkan detak jantung janin, serta pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam pun akan dilakukan bila ibu sudah merasa mulas. Gunanya untuk melihat pembukaan, penurunan kepala, dan sebagainya.
Selama pemeriksaan dilakukan ibu tak perlu khawatir akan menyakitkan. "Ibu hamil tak akan merasakan apa-apa, mulas pun tidak. Kecuali pemeriksaan dalam untuk melihat kedudukan panggul, yaitu pada kehamilan 32 minggu, maka mungkin ibunya akan merasa sedikit tak enak."
3. Pemeriksaan USG
Pada trimester awal USG berguna untuk meyakinkan adanya kehamilan, melihat kelainan bawaan pada janin, bayinya hidup atau mati, apakah bayinya satu atau kembar, hamil di dalam atau di luar kandungan, menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda, misalnya, kehamilan ektopik, mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin, adakah yang mengganggu kehamilan, misalnya, kista, mioma, dan sebagainya; juga untuk menentukan usia kehamilan. "Untuk menentukan usia hamil akan lebih akurat jika dilakukan di trimester I, terutama di bawah usia 12 minggu."
USG pada trimester II dilakukan pada usia kehamilan 20-22 minggu. Tujuannya melihat tumbuh kembang janin dalam rahim, menilai jumlah air ketuban, kedudukan janin dalam rahim, menentukan kondisi plasenta, menentukan jenis kelamin dalam rahim, dan menentukan kelainan bawaan janin dalam rahim. "Sehingga bisa dibicarakan lebih lanjut jika ada perkembangan yang abnormal."
Sedangkan pada trimester III, USG biasanya hanya dilakukan bila ada indikasi medis. Misalnya, kepala janin tak bisa masuk jalan lahir, bayinya terlalu kecil, atau letaknya melintang.
4. Pemeriksaan Laboratorium
* Urin lengkap
"Biasanya untuk melihat infeksi saluran kemih. Karena ibu-ibu, kan, sering suka menahan kencingnya, sehingga kalau ada infeksi bisa segera diobati."
* Pemeriksaan darah
Dari Hb, gula darah, rhesus darah, sampai golongan darah. Pemeriksaan Hb dilakukan sebagai data dasar karena orang hamil di Indonesia kemungkinan anemianya besar, sekitar 60-70 persen. Sedangkan pemeriksaan gula darah untuk menentukan adanya diabetes atau tidak. Golongan darah dan rhesus juga penting diperiksa kalau-kalau ada ketidaksesuaian golongan darah dan rhesus.
Pemeriksaan Hb dan gula darah akan diulang di trimester II. "Hal ini dilakukan sebagai penapisan/deteksi awal penyakit diabetes dalam kehamilan. Jika positif diabetes, maka ibu harus melakukan diet." Diabetes sering tidak terdeteksi pada kehamilan trimester I. "Baru pada trimester II atau III akan kelihatan, sejalan dengan peningkatan berat badan ibu. Kecuali kalau memang sejak sebelum hamil ibu sudah menderita diabetes, lo." Karena itu, saat kehamilan mencapai usia 28 minggu biasanya diperlukan pemeriksaan laboratorium kembali untuk mengetes gula darahnya.
* TORCH dan hepatitis
Dilakukan untuk skrining infeksi pada trimester I. "Karena jika TORCH positif aktif akan membawa kelainan bawaan sehingga harus diobati sejak awal."
5. Amniosentesis
Bila usia ibu saat hamil di atas 38 tahun, maka perlu dilakukan juga pemeriksaan amniosentesis pada kehamilan 16-19 minggu; untuk mencari kelainan kromosom pada janin atau adakah kemungkinan idiot, imbisil, down syndrome, dan sebagainya. "Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan untuk ibu hamil yang membawa risiko; ada riwayat kelainan kromosom, misalnya, anak pertamanya idiot. Nah, kalau ada riwayat demikian, maka pada kehamilan kedua walau ia belum berumur 38 tahun pun tetap diperlukan pemeriksaan ini."
MENGABAIKAN PEMERIKSAAN RUTIN
Semua pemeriksaan sebaiknya dilakukan. "Dengan demikian ibu hamil dapat mengetahui secara rinci apa saja yang diperlukan agar kehamilannya sehat." Bahkan, idealnya ibu hamil pun mematuhi jadwal pemeriksaan. "Bila ibu tidak melakukan pemeriksaan rutin bisa berdampak pada kehamilannya, bisa pula tidak. Kalau kehamilannya normal-normal hingga persalinannya kelak, tentu saja tak akan jadi masalah. Seperti halnya yang dilakukan wanita jaman dulu saat dokter kandungan belum banyak. Mereka juga tak melakukan pemeriksaan rutin seperti halnya sekarang, kan?" Justru masalah baru ada jika ternyata kehamilan itu bermasalah. "Sehingga dengan tidak melakukan salah satu pemeriksaan di atas, maka kalau ada 'sesuatu hal' kita jadi tak tahu. Entah itu bayinya kecil, ibunya anemia, atau janinnya tanpa kepala. Bisa saja, kan, karena tak pernah di USG, kita tak tahu kalau bayinya tanpa kepala. Kita baru tahu setelah dilahirkan."
Jadi, kalau ingin kehamilannya safe, ya, sebaiknya semua pemeriksaan yang dianjurkan dokter dilakukan. "Juga dengan melakukan pemeriksaan, maka kita juga bisa mendeteksi lebih dini dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Misalnya, ada kelainan saluran pencernaan di bayinya, maka saat lahir sudah dipersiapkan tim bedahnya. Jadi, si bayi tidak keburu meninggal, tapi langsung dilakukan pertolongan untuk memperbaiki saluran pencernaan."
Nah, mengingat begitu banyak manfaatnya, masih akan beranikah Ibu mengabaikan pemeriksaan rutin?
Indah Mulatsih (NAKITA)
 
TOP