Loading...

Tuesday 5 April 2011

ASKEP BRONCHIECTASIS

Definisi
1. Pelebaran (dilatation) yang tidak dapat diubah lagi (irreversible) dari bagian saluran pernafasan (bronchi) sebagai hasil dari kerusakan dinding bronkus.
2. Dilatasi bronkus (dan bronkiolus) yang abnormal, permanen, dan kronis. Dapat fokal, melibatkan saluran pernafasan yang menyuplai area parenkim paru-paru yang terbatas, maupun difus, melibatkan saluran pernafasan dalam distribusinya yang lebih luas.

Etiologi (Penyebab)
1. Infeksi bakteri, misalnya: Klebsiella, Staphylococcus, atau Pseudomonas.
2. Infeksi jamur, seperti: aspergillosis.
3. Infeksi mikobakterial, seperti: tuberkulosis.
4. Infeksi virus, seperti: influenza, adenoviral infection, respiratory syncytial virus infection, atau campak. Adenovirus dan influenza virus merupakan virus utama yang menyebabkan bronkiektasis yang berhubungan dengan saluran pernafasan bagian bawah.
5. Infeksi mycoplasma (mikroorganisme yang menyerupai bakteri)
6. Tumor paru-paru (lung tumor).
7. Pembesaran kelenjar limfe.
8. Menghirup gas, asap, atau partikel yang beracun/berbahaya (noxious fumes),
9. Aspirasi atau kemasukan benda asing, muntahan, atau material yang berasal dari saluran nafas bagian atas.
10. Cystic fibrosis (penyakit pankreas).
11. Diskinesia silier primer, termasuk sindrom Kartagener.
12. Sindrom Marfan.
13. Sindrom defisiensi imunoglobulin.
14. Disfungsi sel darah putih.
15. Defisiensi komplemen.
16. Rheumatoid arthritis.
17. Ulcerative colitis.
18. Penyalahgunaan obat, misalnya: heroin.
19. Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).
20. Sindrom Young (obstructive azoospermia).
21. Sindrom kuku kuning (yellow nail syndrome) dengan lymphedema (pembengkakan karena kerusakan pembuluh limfe).
22. Mucus plug (ingus).

Manifestasi Klinis
1. Batuk kronis (lama/menahun) disertai dengan produksi sputum (dahak) yang juga kronis, banyak, dan purulen (mirip nanah) kehitaman.
2. Dapat juga terjadi hemoptysis (batuk darah).
3. Demam atau nyeri dada yang berulang dengan atau tanpa pneumonia (radang paru-paru).
4. Dapat juga terjadi gejala sistemik seperti: kelelahan, berat badan menurun, dan myalgia (nyeri otot).
4. Clubbing finger (jari-jemari tangan dan kaki melebar dan menebal) akibat insufisiensi pernapasan.
5. Pada penderita bronkiektasis yang menyebar, dapat disertai dengan mengi (wheezing) atau nafas pendek, bronkitis kronis, emphysema (kelainan pada alveoli paru-paru), atau asma.
6. Pada kasus yang berat, dapat terjadi gagal nafas (respiratory failure).
7. Pada bronkiektasis yang sangat berat, dapat membebani jantung kanan dan memacu terjadinya cor pulmonale (bilik jantung kanan melebar).

Penegakan Diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis dan hasil dari pemeriksaan:
1. CT Scan
2. Bronchography
3. Bronchoscopy
4. Rontgen dada (chest x-rays)
Terdapatnya area honeycombing atau cyst formation pada radiografi dada memastikan diagnosis bronkiektasis. Penemuan potensial penting lainnya termasuk keberadaan intrathoracic mass lesion, localized pulmonary parenchymal opacification, diffuse interstitial, atau alveolar disease.
5. Tes genetik untuk cystic fibrosis diperlukan jika ada riwayat keluarga, infeksi pernafasan yang berulang, atau penemuan lainnya yang mencurigakan pada usia anak-anak atau dewasa muda.

Penatalaksanaan
1.Fisioterapi dada.
2.Obat antimikrobial atau antibiotik (untuk mengontrol infeksi).
3.Postural drainage dan chest percussion untuk mengeluarkan mucus (lendir).
4.Bronkodilator (untuk pasien dengan penyakit saluran napas obstruktif), contohnya: simpatomimetik, biasanya beta adrenergik.
5.Aerosolized nebulizer (untuk mengencerkan dan mengeluarkan sputum).
6.Terapi oksigen jika kadar oksigen di dalam darah penderita rendah.
7.Transplantasi paru-paru pada penderita bronkiektasis lanjut, yang sebagian besar juga menderita cystic fibrosis.

Pencegahan
1. Pengenalan dini (early identification) dan perawatan berbagai kondisi yang cenderung menyebabkan bronkiektasis dapat mencegah berkembangnya bronkiektasis atau mengurangi tingkat keparahannya.
2. Penggunaan antibiotik yang tepat, imunisasi campak di masa anak-anak, meningkatkan kualitas hidup dan nutrisi juga mengurangi jumlah penderita bronkiektasis secara signifikan.
3. Mengawasi benda (mainan) apa yang diletakkan oleh anak-anak kecil di mulutnya agar tidak tertelan.
4. Tetes obat cuci perut (drops of mineral oil) atau minyak lainnya jangan pernah diletakkan di mulut atau hidung karena dapat terhirup oleh paru-paru.

Asuhan Keperawatan Bronkiektasis

Bronkiektasis

Pengertian

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding bronkus ( Soeparman & Sarwono, 1990)

Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudak & Gallo,1997).

Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).


Etiologi

1. Infeksi
2. Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
3. Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
4. Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanak-kanak.


Tanda dan Gejala

1. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran dan berbaring.
2. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
3. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk darah.
4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.


Pemeriksaan Diagnosis

* Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.

* Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.

* Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis, Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan bisa meningkat atau menurun.

* Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas vital, biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
o Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
o Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
o Hipoksemia
o Hiperkapnia

* Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi dilakukan pemerisaan :
o Pemeriksaan imunologi
o Pemeriksaan spermatozoa
o Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).

* Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri, karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan.

* Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus bersih dari sekret.


Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :

* Pemberian antibiotik dengan spekrum luas (Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin) selama 5- 7 hari pemberian.

* Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan.serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal.


Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan sekret.


Asuhan Keperawatan Bronkiektasis



Pengkajian

1. Riwayat atau adeanya faktor-faktor penunjang
* Merokok produk tembakau sebagai factor penyebab utama
* Tinggal atau bekerja daerah dengan polusi udara berat
* Riwayat alergi pada keluarga
* Ada riwayat asam pada masa anak-anak.

2. Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :
* Allergen (serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)
* Sress emosional
* Aktivitas fisik yang berlebihan
* Polusi udara
* Infeksi saluran nafas
* Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan

3. Pemeriksaan fisik berdasarkan focus pada system pernafasan yang meliputi :
* Kaji frekuensi dan irama pernafasan
* Inpeksi warna kulit dan warna menbran mukosa
* Auskultasi bunyi nafas
* Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
o Mengangkat bahu pada saat bernafas
o Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
o Pernafasan cuping hidung
* Kaji bila ekspansi dada simetris atau asimetris
* Kaji bila nyeri dada pada pernafasan
* Kaji batuk (apakah produktif atau nonproduktif). Bila produktif tentukan warna sputum.
* Tentukan bila pasien mengalami dispneu atau orthopneu
* Kaji tingkat kesadaran.

4. Pemeriksaan diagnostik meliputi :
* Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi
* Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan
* Klutur sputum positif bila ada infeksi
* Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum
* Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).
* Tes hemoglobolin.
* EKG ( peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF dan aksis vertikal.

5. Kaji persepsi diri pasien

6. Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.


Diagnosa Keperawatan

1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau sekresi kental.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, produksi sputum, dispneu


Intervensi

Diagnosa I :
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental.

Tujuan :
Mempertahakan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.

Kriteria hasil :
Menujukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas( batuk yang efektif, dan mengeluarkan secret.

Rencana Tindakan :

1. Kaji /pantau frekuensi pernafasan.Catat rasio inspirasi dan ekspirasi
R/ Tachipneu biasanya ada pada beberapa derajat dapat ditemukan pada penerimaan atau selam stress/ proses infeksi akut. Pernafasan melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang disbanding inspirasi

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
R/ Derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat /tak dimanisfestasikan adanya bunyi nafas.

3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman,Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan mempergunakan gravitasi. Dan mempermudah untuk bernafas serta membantu menurunkan kelemahan otot-otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

4. Bantu latihan nafas abdomen atau bibir
R/ Untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara

5. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu tindakan untuk efektifan upaya batuk
R/ Mengetahui keefktifan batuk

6. Tingkatan masukan cairan samapi 3000ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret,mempermudah pengeluaran.cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan antara makan dapat meningkatkan distensi gaster dan tekana diafragma.

7. Berikan obat sesuai indikasi
R/ Mempercepat proses penyembuhan.


Diagnosa Keperawatan II :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah,produksi sputum, dispneu.

Tujuan :
Peningkatan dalam status nutrisi dan berta badan pasien

Kriteria hasil :
Pasien tidak mengalami kehilangan berat badan lebih lanjut atau mempertahankan berat badan.

Rencana tindakan :

1. Pantau masukan dan keluaran tiap 8 jam, jumlah makanan yang dikonsumsi serta timbang berta badan tiap minggu.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya kemajuan atau penyimpangan dari yang diharapkan.

2. Ciptakan suasana yang menyenangkan ,lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan
R/ suasana dan lingkungan yang tak sedap selama waktu makan dapat meyebakan anoreksia.

3. Rujuk pasien ke ahli diet untuk memantau merencanakan makanan yang akan dikonsumsi
R/ Dapat membantu pasien dalam merencanakan makan dengan gisi yang sesuai.

4. Dorong klien untuk minum minimal 3 liter cairan perhari, jika tidak mendapat infus.
R/ untuk mengatasi dehidrasi pada pasien.

Comments
2 Comments

2 comments:

 
TOP