Loading...

Thursday 10 March 2011

ASKEP TUMOR INTRAKRANIAL

Askep tumor intrakranial
BAB I
PENDAHULUAN

Otak mengawal pemikiran, kecerdikan, ingatan dan emosi kita. Ia juga mengkoordinasi fungsi tubuh (seperti pergerakan, peredaran darah dan penghasilan hormon) dan mengirim perintah dari saraf-saraf (penglihatan, pendengaran, bau, sentuhan dan rasa) kita.
Otak berada didalam rongga tengkorak, yang dilindungi oleh selaput durameter. Struktur tulang tengkorak yang kaku dan keras serta selaput durameter yang tidak elastis mengurangi kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak yang kaku terdapat jaringan otak, darah dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis.
Berat otak ialah kira-kira satu setengah kilogram dan dikelilingi dan dilindungi oleh tengkorak. Saraf tunjang (korda spina) terletak di dalam spina (tulang belakang): ia terdiri daripada sel-sel saraf dan berkas saraf yang menyambung otak ke seluruh bahagian badan. Saraf tunjang bermula dari pangkal otak dan berakhir di pangkal turus spina.
Otak dan saraf tunjang membentuk sistem saraf pusat (central nervous system). Bagian-bagian sistem saraf pusat ini sebagian besarnya terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron membawa pesan ke sekitar tubuh yang membolehkan kita bertindak seperti yang kita ingini (contohnya, berdiri dan terus berjalan). Neuron juga membolehkan fungsi badan yang kita tidak sadari langsung: contohnya, menyebabkan jantung berdetak cepat karena kita berolahraga.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.

2. ETIOLOGI
Terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua kejadian patofisiologis sebagai berikut :
1) Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK) dan edema serebral
2) Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
3) Hidrosefalus
4) Gangguan fungsi hipofisis

3. KLASIFIKASI
Identifikasi dan klasifikasi tumor otak merupakan hal yang sulit. Modifikasi Bailey Cushing berdasarkan histogenesis digunakan bermacam-macam klasifikasi. Di bawah ini klasifikasi menurut Kempe dkk.
1) Menurut asalnya:
Tumor primer dari jaringan otak sendiri tumor otak metastasis.
2) Menurut gambaran histologik.
Glioma : astrositoma, meduloblastoma, ependimoma, glioma batang otak, glioma kiasma dan nervus optikus. kraniofaringioma, papiloma pleksus koroideus, pinealoma tumor lain seperti jaringan saraf, neurinoma, meningioma.
3) Menurut lokalisasi tumor.
Supratentorial:
a) Daerah supraselar : kraniofaringioma, glioma kiasma optikus.
b) Daerah talamus dan ventrikel IV : pinealoma, glioma, hamartoma.
c) Daerah hemisfer serebri : elioma. ependimoma, sarkoma.

4. PATOFISIOLOGI.
Tumor otak menyebabkan peningkatan intracranial serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu bagian dari spesifik otak. Sesuai dengan hipotesis Monroe-killie yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial yang tidak dapat tertekan : benda otak, darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal (CSS). Jika salah satu komponen dalam tengkorak volumenya meningkat, TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya terdapat perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan menimbulkan tanda dan gejala peningkatan intracranial.
Gejala- gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal, dan darah serebral (semua terletak didalam tengkorak). Sebagai akibat pertumbuhan tumor maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan pada vena intracranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran darah serebral dan menurunnya masa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.

5. GAMBARAN KLINIS
1) Gejala-Gejala Umum
Akibat peninggian tekanan intrakranial.
a) Muntah
Merupakan gejala tetap dan sering sebagai gejala pertama, timbulnya terutama pagi hari tanpa didahului rasa mual, pada tingkat lanjut, muntah menjadi proyektil.
b) Sakit kepala
Dijumpai pada 70% penderita yang bersifat serangan ber-ulang-ulang, nyeri berdenyut, paling hebat pagi hari, dapat timbul akibat batuk, bersin dan mengejan. Lokasi nyeri unilateral/bilateral yang terutama dirasakan daerah frontal dan suboksipital.
c) Gejala mata
o Strabismus/diplopia dapat terjadi karena regangan nervus abdusens.
o Edema papil pada funduskopi merupakan petunjuk yang sangat penting untuk tumor intrakranial. Bailey menemukan gejala ini path 80% tumor otak anak
d) Pembesaran Kepala
Terutama pada anak di bawah umur 2 tahun yang fontanelnya belum tertutup. Gejala ini tidak khas untuk tumor otak, hanya menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial
e) Gangguan kesadaran
Dapat ringan sampai yang berat.
f) Kejang
Sangat jarang, kira-kira 15% pada anak dengan tumor supratentorial; pada tumor infratentorial, kejang menunjukkan tingkat yang sudah lanjut.
g) Gangguan mental
Lebih sering ditemukan pada orang dewasa, terutama bila tumor berlokasi pada lobus frontalis atau lobus temporalis.

2) Gejala-gejala lokal sesuai lokasi tumor
a) Tumor infratentorial: karena letaknya di fosa posterior, maka gejala lokal yang ditemukan ialah
o Gejala serebelar berupa ataksia, gangguan koordinasi, nistagmus dan gangguan tonus otot.
o Gejala batang otak: pada umumnya berat karena pada batang otak terdapat pusat-pusat vital serta pusat saraf kranialis.
o Gejala nervi kranialis: akibat peregangan atau penekanan tumor terutama N.VI, juga N.V, VII, IX dan X.
b) Tumor Supratentorial:
o Tumor Supraselar memberikan gejala utama berupa gangguan penglihatan dan gangguan endokrin/metabolik.
o Tumor Hemisfer serebri: Gejala yang timbul bergantung pada lokalisasi tumor di area/lobus hemisfer, umpamanya sindroma lobus frontalis atau sindroma lobus ternporalis.
3) Sifat-sifat beberapa tumor otak :
a) Astrositoma serebelar: Merupakan kira-kira 11-30% tumor intrakranial, insidensi umur 3-8 tahun. Lokalisasi pada hemisfer kiri atau kanan, berbentuk kista, tidak invasif dan tidak memberikan metastasis

b) Meduloblastoma: Kira-kira 15-25% pada bayi dan anak, insidensi 3-5 tahun, lebih sering pada laki-laki daripada perempuan Lokasi pada vermis serebelum. Paling ganas, sering bermetastasis ke luar susunan saraf pusat. Gejala ataksia pada tumor ini tidak menunjukkan lateralisasi.
c) Ependimoma: kira-kira 8% tumor otak; berasal dari ependim dasar ventrikel, bertumbuh ke arah rongga ventrikel yang mengakibatkan obstruksi dini aliran likuor. Sering mengalami kalsifikasi. Gejala utama berupa peninggian tekanan intrakritnial.
d) Glioma batang otak : kira-kira 8-20% tumor otak pada anak, dan 75% di antaranya pada umur 7-10 tahun
e) Kraniofaringioma: jarang (hanya 4%) tetapi paling sering

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Klinik.
2) Pemeriksaan tambahan, antara lain:
a) Foto polos kepala
Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosis dan evaluasi suatu tumor otak. Pemeriksaan ini meliputi anteroposterior, lateral dan basiler. Dapat dilihat tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, kalsifikasi atau proses lain dalam kepala.
b) Pneumoensefalografi dan ventrikulografi : terutama untuk memberikan informasi mengenai perubahan bentuk ventrikel dan gangguan sirkulasi akibat tumor sekitarnya
c) Angiografi : sukar dilakukan pada anak, dapat dilihat adanya perubahan arsitektur vaskular otak.
d) Brain Scan: makan waktu 15-30 menit, sukar dipakai pada anak. Digunakan untuk mendeteksi adanya tumor supratentorial, sedangkan tumor infratentorial agak kurang memuaskan hasilnya
e) CT scan : paling diandalkan masa kini karena prakis, tidak makan waktu lama dan juga tidak invasif, hanya mahal . Dapat mendeteksi baik tumor supratentorial maupun infratentorial.
f) Ekoensefalografi: tidak menunjukkan langsung adanya tumor, tetapi memperlihatkan adanya pergeseran struktur-struktur di garis tengah otak
g) Elektroensefalografi: terutama penting untuk mengetahui lokalisasi tumor supratentorial, kira-kira 70% dapat diketahuinya
h) Pemeriksaan cairan likuor : tidak dianjurkan pada tumor intrakranial, hanya dapat dilakukan bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial. Cairan likuor dapat diperoleh dengan pungsi ventrikel. Adanya tumor dapat dibuktikan dengan peninggian protein dan adanya sel-sel ganas.


7. PENGOBATAN
1) Tindakan Pembedahan
Bila tidak akan menimbulkan defisit nerologik yang terlalu mengganggu, reseksi total merupakan treatment of choice Tindakan ini bergantung pada sifat, lokalisasi, perluasan dan lamanya berlangsung tumor.
2) Radioterapi
Diberikan pada tumor yang radiosensitif, dan biasanya dilakukan setelah reseksi total atau parsial.
3) Kemoterapi
Hasilnya masih kurang memuaskan, dan tidak semua obat anti-tumor dapat meliwati sawar darah otak. Titik tangkap kerja obat anti-tumor ialah pada sintesis DNA (replikasi), sintesis RNA dari DNA (transkripsi) dan sintesis protein dari RNA (translasi)
Obat-obat yang biasa digunakan pada tumor otak ialah:
a) Vinkristin: suatu vinka alkaloid, terutama efektif terhadap leukemia. Hasil baik juga pada meduloblastoma dan glioblastoma. Efek samping ialah toksis terhadap saraf perifer.
b) Methotrexate : intratekal, terutama untuk meduloblastoma, ependimoma & astrositoma.
c) Sitosin arabinosid: juga dipakai pada tumor otak tetapi hasilnya masih belum diketahui.



B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama :
TTL :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl. MRS : Jam :
Tgl. Pengkajian : Jam :
Diagnosa medis :




b. Sumber informasi
Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :







2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Keluhan Utama
o Nyeri kepala.
o Mual dan muntah
o Kejang.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang
o Gejala yang menyertai : Gangguan kesadaran, Kebingungan, hilang keseimbangan, pucat, mual dan muntah, gangguan pada penglihatan bau dan rasa,

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
o Apakah pernah mengalami cedera kepala.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
o Apakah ada keluarga yang pernah mengalami tumor otak.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan.
o Pasien mempunyai rumah dengan ventilasi yang cukup.

f. Riwayat Kesehatan Psikososial.
o Apakah ada perasaan terisolasi karena tidak dapat beraktifitas dalam masyarakat.

3. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (GORDON)
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen Kesehatan.
Tindakan yang dilakukan sebelum masuk R.S : Pasien minum obat anti nyeri.
b. Pola Nutrisi / Metabolik
a) Makan :
o Selera Makan : Selera makan berkurang
o Porsi makan : Tidak dihabiskan
o Gangguan menelan : Ada (batuk, air liur keluar, disfagia).

b) Minum :
o Jenis air yang diminum
o Setelah minum muntah : ya / tidak
o Keluhan lain yang dirasakan pada saat minum :sakit saat menelan
o Terjadi penurunan berat badan.

c. Pola Eliminasi :
a) BAK:
o Rasa nyeri waktu BAK : Tidak
o Bau urine : Pesing
o Warna urine :
o Gangguan lain inkontinensia kandung kemih / usus atau mengalami gangguan fungsi.
b) BAB:
o Rasa nyeri waktu BAB: Tidak
o Bau feaces : Busuk / khas
o Konsistensi : Lembek

d. Pola Aktivitas :
o Mobilisasi
o Aktivitas klien : Dibantu oleh perawat
o Gangguan lain yang dirasakan saat beraktivitas : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.


e. Pola Tidur dan Istirahat :
o Tidur dalam sehari
o Tidur malam biasanya terbngun karena gelisah
o Tidur siang kadang tidak bisa tidur karena ribut
o Gangguan lain sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,biasanya lama.
f. Pola Perseptual / Kognitif :
o Penglihatan :perubahan dalam penglihatan
o Pendengarangan : kehilangan pendengaran
o Perabaan :sensitive terhadap sentuhan dan gerakan
o Bagaimana persepsi terhadap panca indra :terjadi kehilamgan pengindraanqseperti,pengecpan,penciuman dan pendengaran.

g. Pola Persepsi Diri / Konsepsi Diri
o Gambaran diri : Rasa terisolasi
o Mekanisme koping : Kurangnya percaya diri,citra diri terganggu,merasa putus asa.

h. Pola Peran / Hubungan
o Dengan orang terdekat : sering merasa jauh dari keluarga
o Hubungan teman tetangga dan orang lain, merasa terasing, tidak dapat melaksanakan aktifitas sosial.

i. Pola Seksual /Reproduksi
o Haid terganggu pengaruhi HB menurun

j. Pola Koping Toleransi
o Kecemasan meningkat
o Tidak dapat membut keputusan, pemecahan masalah
k. Pola Nilai Kepercayaan
o Sering berdoa meminta bantuan kepada TUHAN agar mendapat kesembuhan.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Sakit
Keadaan sakit :
Kesadaran :
TTV, TD : mmHg
N : x/menit
R : x/menit
S : 0C.

b. System Cardiovaskuler
o Inspeksi, pada daerah aorta, pulmonalis, trikuspidalis
o Palpasi, pada daerah aorta, pulmonalis serta trikuspidalis

c. System pernafasan
o Hidung dan sinus parasinalis
o Leher
o Thoraks dan paru
d. System Pencernaan
o Mulut dan Orofaring
o Abdomen
e. System Perkemihan
o inspeksi : Keadaan abdomen
o Palpasi : Ginjal tidak teraba
o Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
o Auskultasi : Tidak ada desiran

f. System persarafan
o Tingkat kesadaran : Compos mentis
o Perilaku : Cukup

g. System musculoskeletal
o Ekstremitas Atas
o Ekstermitas bawah















5. ANALISA DATA
a. Penyimpangan KDM




































6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. RESIKO TINGGI TERHADAP PERUBAHAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH (IMBALANCED NUTRITION : LESS THAN BODY REQUIREMENTS)
1. NANDA (KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH)
Pengertian : Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik

Batasan karakteristik :
• Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
• Konjungtiva dan membrane mukus pucat
• Lemah otot untuk mengunyah atau menelan
• Tidak mampu mengunyah makanan
• Enggan makan
• Tonus otot buruk kram abdominal pembuluh kapiler rapuh.

2. NOC : Nutritional Status (1004)
Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)

Nutritional Status (1004)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Extremely Compromised to Not compromised (a)

100401 Intake nutrisi
100402 Intake makanan dan cairan
100403 Energy
100404 Body mass
100405 Berat badan

Nutritional Status: Masukan makanan dan cairan (1008)
Domain: Physiological health (II)
Class : Nutrition (K)
Scale : Not adequate to totally adequate (f)

100801 Pemasukan makanan lewat mulut
100802 Pemasukan makanan lewat tube (misalnya;
NGT)
100803 Pemasukan cairan lewat mulut
100804 Pemasukan ciran
100805 Pemasukan Nutrisi Prenteral Total.


3. NIC : NUTRITION MANAGEMENT (1100)
1. Menentukan jumlah kalori yang diperlukan ( kolaborasi dengan ahli diet)
2. Mendorong adanya pemasukkan kalori sesuai dengan kebutuhan
3. Mendorong peningkatan zat besi sesuai kebutuhan
4. Memberikan makanan ringan ,sesuai kebutuhan
5. Menyediakan pilihan makanan
6. Menyediakan makanan bagi klien yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein serta minuman yang dapat langsug diminum oleh klien
7. Mengontrol berat badan klien pada interval yang tepat.
8. Memastikan bahwa diet klien mengandung serat yang tinggi untuk mencegah konstipasi.
9. Menyediakan informasi sesuai kebutuhan tentang kebutuhan nutrisi dan cara untuk mendapatkannya.
WEIGHT GAIN ASSISTANCE (1240)
1. Memantau adanya rasa mual dan adanya muntah
2. Membicarakan kemungkinan penyebab dari berat badan dibarah normal
3. Menentukan penyebab mual dan atau muntah dan perawatannya.
4. Memantau konsumsi kalori tiap hari.
5. Memantau tingkat albumin,limfosit,dan elektrolit


B. POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF (INEFFECTIVE BREATHING PATTERN)
1. NANDA (POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF)
Pengertian : ventilasi atau eprtukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat.

Batasan karakteristik :
• Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
• Penurunan ventilasi permenit
• Penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas
• Dispnea
• Nafas pendek
• Ekspirasi memanjang
• Penurunan kapasitas vital

2. NOC : Respiratory Status : Airway Pattency (0410)
Domain : Physiologic health (II)
Class : Cardiopulmonary (E)
Scale : Extremely compromised to not
compromised (a)

041001 Tidak ada demam
041002 Tidak ada kecemasan
041003 Tidak ada rasa tercekik
041004 Kecepatan pernapasan dalam batas normal
041005 Irama pernapasan dalam batas normal
041006 Mengeluarkan sputum keluar dari jalan napas
041007 Bebas dari kelainan bunyi suara.

3. Respiratory status : Ventilation
4. Vital sign status.

5. NIC : Airway Management (3140)
• Membuka jalan napas
• Mengatur posisi pasien untuk memaksimalkan potensial ventilasi
• Menentukan kebutuhan aktual / potensial klien
• Melakukan therapy dada
• Mengeluarkan lendir dengan cara dibatukkan atau dengan pengisapan
• Mengintruksikan bagaimana melakukan batuk efektif
• Mengkaji bunyi nafas
• Administrasikan pemberian obat bronchodilator








C. GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (DISTURBED SENSORY PERCEPTION (SPECIFY ;VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC, GUSTATORY, TACTILE, OLFACTORY)).
1. NANDA (GANGGUAN SENSORI PERSEPSI (SPESIFIK : VISUAL, AUDITORI, KINESTETIK, PENGECAPAN, TAKTIL, PENCIUMAN)).
Pengertian : perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang diterima disertai dengan penurunan berlebih distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus.

Batasan karakteristik :
• Konsentrasi buruk
• Distorsi pendengaran
• Perubahan respon terhadap stimulus
• Gelisah disorientasi waktu, tempat dan orang
• Perubahan pola perilaku
• Perubahan pola komunikasi
• Halusinasi
• Distorsi visual

2. NOC : Neurological STATUS (0909)
Domain : Physiological health (II)
Class : Neurocognitive (J)
Scale : Extremely Compromised to not
Compromised (a)

0901 Fungsi saraf : Kesadaran
0902 Fungsi saraf : Control saraf pusat
0906 Tekanan intracranial
0907 Komunikasi
0908 Ukuran pupil
0910 Pola gerakan mata
0911 Pola tidur

3. NIC : COGNITIVE STIMULATION (4720)
• Memberitahukan kepada keluarga pasien mengenai batas garis luka.
• Perubahan yang berangsur hilang
• Orientasi waktu, tempat dan orang
• Berbicara dengan pasien
• Menggunakan tv, radio atau musik sebagai program stimulasi kepada pasien
• Menggunakan sentuhan terapi kepada pasien
• Membolehkan untuk tidur secara bertahap

BAB III
PEMBAHASAN

Tumor otak menyusun sekitar 9% dari seluruh tumor-tumor primer pada manusia, dan merupakan penyebab kematian pada 2% dari semua kematian akibat keganasan. Insidensinya rata-rata 8-10 / 100.000 penduduk setiap tahun, tetapi pada anak dibawah 2 tahun insidensinya naik dua kali lipat menjadi 21/ 100.000, dan pada umur belasan tahun turun menjadi 1/ 100.000, yang selanjutnya akan meningkat lagi menjadi sekitar 16/ 100.000 pada umur 40 tahun atau lebih.
Tumor-tumor neuroepithelial merupakan bagian terbesar (52%) dari tumor intrakranial, dan terdiri atas astrositoma/glioma (45-48%), ependimoma (3%), oligodendroglioma (2%), dan primitive neuro-ectodermal tumor (PNET). Tumor lainnya yaitu meningioma 15%, neurinoma akustikus (8%), adenoma hipofisis (8%), dan tumor metastasis (15-20%). Asal metastasis ke otak yang tersering adalah karsinoma paru pada pria dan karsinoma mammae pada wanita, serta melanoma malignum (60% tumor ini akan bermetastasis ke otak). Pada kasus metastasis ke otak, 15% tak pernah diketahui tumor primernya. Tumor astrositik pada dewasa umumnya ganas dan berlokasi di kompartemen supratentorium, sedangkan pada anak-anak umumnya jinak dan berlokasi di kompartemen infratentorium.
Secara umum, tumor-tumor intrakranial ini dapat dikelompokkan sebagai tumor intrinsik atau intraaksial (berasal dari parenkim otak sendiri), dan tumor ekstrinsik atau ekstraaksial (berasal dari luar jaringan otak). Tumor intrinsik, seperti astrositoma, pada umumnya memiliki sifat biologik yang ganas/ maligna kecuali hemangioblastoma. Mereka tumbuh secara infiltratif pada jaringan parensim normal di sekitarnya tanpa ada batas yang tegas. Dengan kata lain, tumor intrinsik adalah parenkim otak yang berubah menjadi jaringan neoplastik. Sedangkan tumor ekstrinsik, seperti meningioma dan neurinoma/ schwanoma, pada umumnya memiliki sifat biologik yang jinak/ benigna, tumbuh mendesak / ekspansif pada jaringan sekitarnya, dan memiliki batas berupa psedokapsul dari membran araknoid.
Proses desak ruang intracranial (SOL = Space Occupying Lesion) yang ukurannya terus bertambah akan menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial (TIK) dengan manifestasi klinis berupa nyeri kepala yang progresif, muntah, dan edema papil saraf optik. Peningkatan TIK ini, selain oleh massa tumor dan edema perifokal di sekitarnya, juga disebabkan oleh hambatan aliran darah balik dan/ atau aliran cairan serebrospinal (LCS). Selain itu ada pula tanda dan gejala fokal/ setempat yang disebabkan oleh terganggunya fungsi bagian otak tertentu. Gejala dan tanda fokal ini nyata pada lesi yang terletak pada daerah otak yang amat fungsional atau eloquent seperti area sensorimotor, area Broca dan Wernicke, kapsula interna, dan daerah di sekitar sella dan sekitar batang otak yang penuh dengan saraf-saraf kranialis. Sebaliknya, gejala dan tanda ini menjadi kabur bila lesi terletak pada daerah yang silent seperti lobus frontalis sebelah depan dan lobus temporalis sisi non-dominan.
Neuroimejing berperan sebagai alat yang secara definitif bisa memastikan adanya massa intrakranial, lokasinya, serta efek massa/ pendesakan pada struktur normal otak seperti penyempitan ventrikel dan sisterna, pergeseran garis tengah, dan tanda-tanda obstruksi aliran LCS berupa pelebaran ventrikel di proksimal lesi. Berdasarkan atas lokasi dan pengaruhnya pada struktur otak sekitarnya, serta perubahan tampilan suatu lesi setelah pemberian zat kontras, neuroimejing moderen seperti Computerized Tomography (CT) dam Magnetic Resonance Imaging (MRI) diharapkan dapat memastikan tumor tersebut sebagai lesi intrinsik/ intraaksial atau lesi ekstrinsik/ ekstraaksial dan memperkirakan kemungkinan patologi/ histologinya.
Selain informasi radiologik dan perjalanan klinis penyakit seperti tersebut di atas, penentuan diagnosa atau diagnosa banding juga harus dilandasi oleh pengetahuan tentang distribusi suatu tumor menurut kelompok umur dan lokasi spesifik untuk tumor-tumor tertentu dalam rongga intrakranial.



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jaringan otak, darah beserta pembuluh darah dan cairan serebrospinalis merupakan faktor yang penting dalam menentukan tekanan intrakranial. Ketiga faktor ini selalu berada dalam keadaan yang seimbang. Bila otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya terus meningkat, maka mekanisme penyesuaian akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial.
Dengan melihat gambaran yang khas pada foto polos kepala baik untuk anak-anak dan dewasa, dapat membantu untuk menentukan ada tidaknya suatu tekanan tinggi intrakranial.

B. SARAN
Makin cepat tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial diketahui makin cepat pula penanganan dilakukan, dengan demikian akan membantu meringankan keluhan penderita. Dengan dikemukakannya berbagai gejala tumor otak diharapkan setidak-tidaknya kita menjadi lebih waspada akan kemungkinan adanya tumor di dalam otak. Untuk konfirmasi diagnostik lebih lanjut tentu dibutuhkan berbagai alat bantu diagnostik seperti EEG, CT Sean atau MRI.
Masih banyak gejala klinis tumor otak lain yang sangat komplek, yang secara keseluruhan belum mungkin untuk dibicarakan satu persatu dalam kesempatan ini. Beberapa bagian lokasi otak di mana tumor otak bisa bersarang belum dibicarakan gejala-gejalanya. Untuk lebih memperdalam gejala-gejala tumor otak yang kompleks tersebut, dianjurkan untuk menelaah kembali sumber-sumber kepustakaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
Dikutip dari Http://id.wikipedia.org/wiki/tumor
Dikutip dari Http://id.wikipedia.org/wiki/cedera
http://rtjeleni.blogspot.com/2010/02/askep-tumor-intrakranial.html

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 
TOP