Loading...

Sunday 11 March 2012

PATOLOGI KEHAMILAN

ACARA 1
SEL NORMAL TUBUH

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
-       Mengamati sel epitel normal tubuh
B.     MANFAAT PRAKTIKUM
-       Mendapatkan pemahaman mengenal bentuk dan struktur tubuh normal
C.     LANDASAN TEORI
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara  asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.
Pada tahun 1835, sebelum teori Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Fase pada siklus sel
1.      Fasa S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
2.      Fasa M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas)
3.      Fasa G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
a.       Fasa G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
b.      Fasa G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan sintesis.
c.       Fasa G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fasa tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.

Diferensiasi sel
Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.
Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit. Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya.
Morfogenesis
Pengekspresian gen itu sendiri mempengaruhi jumlah sel, jenis sel, interaksi sel, bahkan lokasi sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4 proses esensial pengkonstruksian embrio yang diatur oleh ekspresi gen, sebagai berikut :
1.      Proliferasi sel : menghasilkan banyak sel dari satu sel
2.      Spesialisasi sel : menciptakan sel dengan karakteristik berbeda pada posisi yang berbeda.
3.      Interaksi sel : mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya
4.      Pergerakan sel : menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ
poptosis
Apoptosis merupakan bagian dari perkembangan sel, sel tidak dapat mati begitu saja tanpa suatu mekanisme yang tertanam di dalam sel, yang dapat diaktivasi oleh sinyal internal maupun eksternal.

Struktur sel
1.      Sel eukariota
Secara umum setiap sel memiliki
a.       Membran sel
b.       Sitoplasma, dan
c.        Inti Sel atau nukleus.

Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk. Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah :
a.       Mitokondria (kondriosom)
b.       Badan Golgi (diktiosom)
c.        Retikulum Endoplasma
d.       Plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan kromoplas)
e.        Vakuola (khusus tumbuhan)

D.    ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.    Mikroskop
2.    Kaca objek
3.    Pipet
4.    Tusuk gigi
5.    Tissue

b.      Bahan
1.    Sel epitel rongga mulut
2.    Metilen biru
E.       CARA KERJA
1.    Menyediakan alat dan bahan
2.    Mengambil sel epitel rongga mulut dengan tusuk gigi
3.    Meletakkan sampel sel epitel rongga mulut pada kaca objek
4.    Mengamati sel dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40
F.      HASIL PENGAMATAN







G.    PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan mikroskop Pada saat melakukan penelitian mengenai sel tubuh yang normal, sel tersebut berbentuk persegi panjang dengan terdiri dari memberan, sitoplasma dan inti sel, dengan preparatnya berwarna biru karena campuran dari metilen biru. Dari  hasil yang di dapat baik pada saat praktikum atau di teori juga sama.
Jaringan epitelium (epithelial tissue) terdapat dalam wujud lapisan-lapisan sel yang terkemas dengan rapat. Pada banyak epitelium, sel-sel tersebut dipatri menjadi satu oleh tight junction (persambungan ketat). Permukaan bebas pada epitelium itu terpapar ke udara atau cairan, sementara sel-sel yang berada di bagian dasar rintangan itu melekat ke suatu membran basal (Campbell, 2004).
H.    KESIMPULAN DAN SARAN
-          Kesimpulan
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik).Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa sel tubuh normal makhluk hidup terdiri dari memberan, sitoplasma dan inti sel
-          Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah:
1.      Diperlukan pemahaman yang mendalam untuk mengenal perbedaan sel – sel yang akan dipraktikan.
2.      Dalam mengenal berbagai kelompok sel berdasarkan bentuk, ukuran, komposisi sel, gerak dan alat geraknya di perlukan perhatian yang cukup agar dapat membedakannya dengan baik.
3.      Pada penatalaksanaan praktikum patobiologi tidak maksimal karena keterbatasan sarana dan prasarana sehingga dalam pengamatan banyak mahasiswi yang tidak begitu mengerti.
4.      Kami mengharapkan untuk praktikum selanjutnya agar memperhatikan sarana yang akan digunakan agar praktikum lebih maksimal.





















DAFTAR PUSTAKA






ACARA II
NEKROSIS ENZIMATIK

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati bentuk dan struktur sel dari nekrosis enzimatik.
B.     MANFAAT PRAKTIKUM
Dapat memahami dan mengenal bentuk dan struktur dari sel nekrosis  
enzimatik.
C.     LANDASAN TEORI
Ø  Pengertian
Nekrosis (dari νεκρός Yunani, “mati”) adalah kematian dini sel dan jaringan hidup. Nekrosis disebabkan oleh faktor eksternal ke sel atau jaringan, seperti infeksi, racun, atau trauma. Hal ini berbeda dengan apoptosis, yang merupakan penyebab kematian yang terjadi secara alami seluler. Meskipun apoptosis sering memberikan efek menguntungkan bagi organisme, nekrosis hampir selalu merugikan dan bisa berakibat fatal.
Sel yang mati karena nekrosis biasanya tidak mengirimkan sinyal-sinyal kimia yang sama dengan sistem kekebalan bahwa sel-sel mengalami apoptosis lakukan. Hal ini mencegah fagosit terdekat dari lokasi dan menyelimuti sel-sel mati, yang mengarah ke membangun jaringan mati dan puing-puing sel pada atau dekat lokasi kematian sel. Untuk alasan ini, seringkali diperlukan untuk menghilangkan jaringan nekrotik pembedahan.
Ø  Penyebab Nekrosis
Nekrosis selular dapat diinduksi oleh sejumlah sumber eksternal, termasuk cedera, infeksi, kanker, infark, racun, dan peradangan. Sebagai contoh, suatu infark (penyumbatan aliran darah ke jaringan otot) menyebabkan nekrosis jaringan otot karena kekurangan oksigen ke sel terpengaruh, seperti terjadi pada infark miokard – serangan jantung. laba-laba tertentu (pertapa coklat) dan ular (ular, Bothrops) venoms dapat menyebabkan nekrosis dari jaringan di dekat luka gigitan, sebagai dapat sebuah Grup A infeksi streptokokus (salah satu “daging-makan” bakteri).
Jaringan nekrotik tidak mengalami reaksi kimia yang sama bahwa “biasanya” tidak jaringan apoptosis sekarat. Kegagalan tiba-tiba dari satu bagian dari sel memicu kaskade kejadian. Selain kurangnya sinyal kimia ke sistem kekebalan tubuh, sel-sel mengalami nekrosis dapat melepaskan bahan kimia yang berbahaya ke jaringan di sekitarnya. Secara khusus, sel-sel mengandung organel kecil bernama lisosom, yang mampu mencerna bahan selular. Kerusakan pada membran lisosom dapat memicu pelepasan enzim-enzim yang terkandung, menghancurkan bagian-bagian lain dari sel.
Lebih buruk lagi, ketika enzim ini dilepaskan dari sel non-mati, mereka dapat memicu reaksi berantai kematian sel lebih lanjut. Jika yang cukup necrotizes jaringan berdekatan, itu disebut gangren. perawatan yang tepat dan perawatan luka atau gigitan binatang memainkan peran kunci dalam mencegah jenis nekrosis luas. Selama biopsi bedah, rantai ini nekrosis-reaksi dihentikan oleh fiksasi atau pembekuan.
Nekrosis biasanya dimulai dengan pembengkakan sel, kromatin pencernaan, gangguan dari membran plasma dan membran organel. Akhir nekrosis ditandai oleh hidrolisis DNA luas, vacuolation dari retikulum endoplasma, kerusakan organel, dan lisis sel. Pelepasan konten intraselular setelah pecahnya membran plasma merupakan penyebab peradangan di nekrosis.
Ø  Pola Morfologi Nekrosis
Ada tujuh pola morfologi khas nekrosis:
1.      Nekrosis Coagulative biasanya terlihat pada hipoksia (oksigen rendah) lingkungan, seperti infark sebuah. Menguraikan sel tetap setelah kematian sel dan dapat diamati dengan mikroskop cahaya.
2.      Liquefactive nekrosis (atau nekrosis colliquative) biasanya berhubungan dengan seluler penghancuran dan pembentukan nanah (radang paru-paru misalnya). Ini adalah khas dari bakteri atau, kadang-kadang, infeksi jamur karena kemampuan mereka untuk merangsang reaksi inflamasi. Anehnya, iskemia (pembatasan suplai darah) di otak menghasilkan liquefactive, daripada coagulative, nekrosis, karena tidak adanya stroma mendukung substansial.
3.      Nekrosis Gummatous dibatasi untuk nekrosis yang melibatkan infeksi spirochaetal (misalnya sifilis).
4.      Nekrosis Berdarah disebabkan penyumbatan drainase vena dari suatu organ atau jaringan (misalnya pada torsi testis).
5.      Nekrosis Caseous adalah bentuk khusus dari koagulasi nekrosis biasanya disebabkan oleh mikobakteri (TBC misalnya), jamur, dan beberapa zat asing. Hal ini dapat dianggap sebagai kombinasi nekrosis coagulative dan liquefactive.
6.      Nekrosis lemak hasil dari aksi lipase pada jaringan lemak (misalnya pankreas akut, nekrosis jaringan payudara).
7.      Nekrosis Fibrinoid disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah imun. Hal ini ditandai oleh pengendapan fibrin-bahan protein seperti di dinding arteri, yang tampak kotor dan eosinofilik pada mikroskop cahaya.
Ø  Pengobatan Nekrosis
a.       Pengobatan nekrosis biasanya melibatkan dua proses yang berbeda. Biasanya, penyebab yang mendasari nekrosis yang harus diperlakukan sebelum jaringan mati sendiri dapat ditangani. Sebagai contoh, seorang korban gigitan ular atau laba-laba akan menerima anti-racun untuk menghentikan penyebaran racun, sedangkan pasien yang terinfeksi akan menerima antibiotik.
b.      Bahkan setelah penyebab awal nekrosis telah dihentikan, jaringan nekrotik akan tetap dalam tubuh. respon kekebalan tubuh untuk apoptosis, melanggar otomatis turun dan daur ulang bahan sel, tidak dipicu oleh kematian sel nekrotik.
c.       Terapi standar nekrosis (luka, luka baring, luka bakar dll) adalah operasi pengangkatan jaringan nekrotik. Tergantung pada beratnya nekrosis, hal ini bisa berkisar dari penghapusan patch kecil dari kulit, untuk melengkapi amputasi anggota badan atau organ yang terkena. penghapusan Kimia, melalui agen debriding enzimatik, adalah pilihan lain. Dalam kasus tertentu, terapi belatung khusus telah digunakan dengan hasil yang baik.

Ø  Lemak nekrosis/nekrosis enzimatik
Nekrosis Lemak adalah bentuk nekrosis ditandai dengan tindakan pada lemak oleh enzim pencernaan. Dalam nekrosis lemak enzim lipase melepaskan asam lemak dari trigliserida. Asam lemak kemudian kompleks dengan kalsium untuk membentuk sabun. Sabun ini muncul sebagai deposito berkapur putih.      
Hal ini biasanya berhubungan dengan trauma pankreas atau pankreatitis akut.
  
Hal ini juga dapat terjadi di payudara  dan neonatus setelah persalinan traumatis
.
Ø  Nekrosis lemak dapat disebabkan oleh
1.      trauma langsung pada jaringan lemaka dan pelepasan lemak ektra seluler
2.      lisis enzimatik jaringan lemak yang disebabkan pelepasan lipase setelah terjadi trauma pada jaringan.

D.  ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
   mikroskop
b.      Bahan
   preparat awetan
E.CARA KERJA
1.      Mempersiapkan mikroskop dengan benar
2.      Salah satu dari masing-masing kelompok mengambil preparat awetan
3.      Mengamati preparat awetan pada mikroskop dengan perbesaran 10x40 (400x)
4.      Mencatat hasil yang didapat.




 F  .HASIL PENGAMATAN




G.  PEMBAHASAN
Media yang digunakan adalah preparat awetan yang digunakan untuk mengamati sel nekrosis enzimatik.Setelah  preparat awetan disiapkan, preparat awetan ditaruh di mikroskop, terus diamati.
 Dari hasil pengamatan bahwa sel nekrosis enzimatik berbentuk pipih dengan membentuk seperti butiran – butiran sel di dalamnya dengan terpisah - terpisah dan berwarna merah muda.

H.Kesimpulan dan saran
a.  Kesimpulan
Nekrosis Lemak adalah bentuk nekrosis ditandai dengan tindakan pada lemak oleh enzim pencernaan.            
Dalam nekrosis lemak enzim lipase melepaskan asam lemak dari trigliserida. Asam lemak kemudian kompleks dengan kalsium untuk membentuk sabun. Sabun ini muncul sebagai deposito berkapur putih.
Hal ini biasanya berhubungan dengan trauma pankreas atau pankreatitis akut. Hal ini juga dapat terjadi di payudara  dan neonatus setelah persalinan traumatis.Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sel nekrosis enzimatik terdiri dari membrane, plasma dan  inti sel yang berwarna merah muda.
b.      Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah:
1.         Diperlukan pemahaman yang mendalam untuk mengenal perbedaan sel – sel            yang akan dipraktikan.
2.         Dalam mengenal berbagai kelompok sel berdasarkan bentuk, ukuran, komposisi         sel, gerak dan alat geraknya di perlukan perhatian yang cukup agar dapat membedakannya dengan baik.
3.         Dalam mengkultur sel di perlukan ketelitian dalam melakukan penggoresan agar sel yang akan di amati dapat diamati dengan baik.






DAFTAR PUSTAKA






















ACARA III
NEKROSIS ENZIMATIK

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati bentuk dan struktur sel dari nekrosis koagulatif
B.     MANFAAT PRAKTIKUM
Dapat memahami dan mengenal bentuk struktur dari sel nekrosis
koagulatif
C.     LANDASAN TEORI
a.      Pengertian
Nekrosis Coagulative adalah jenis kematian sel kecelakaan biasanya disebabkan oleh iskemia atau infark. Hal ini ditandai dengan penampilan 'hantu' sel-sel di bawah mikroskop cahaya di daerah yang terkena jaringan. Seperti sebagian besar jenis nekrosis jika sel-sel cukup labil hadir di sekitar daerah yang terkena regenerasi dapat terjadi. Arsitektur jaringan dipertahankan dalam nekrosis coagulative karena enzim lisosomal biasanya bertanggung jawab untuk proteolitik adalah didenaturasi.
b.      Penyebab
           Nekrosis Coagulative ini paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia yang tidak melibatkan trauma berat, racun atau respon imun akut atau kronis. Kekurangan oksigen menyebabkan kematian sel di daerah lokal yang diperfusi oleh pembuluh darah yang tidak menyampaikan terutama oksigen, tetapi juga nutrisi penting lainnya. Penting untuk dicatat bahwa sementara iskemia di jaringan sebagian besar tubuh akan menyebabkan nekrosis coagulative, dalam iskemia sistem saraf pusat menyebabkan nekrosis liquefaktif karena ada kerangka struktural sangat sedikit dalam jaringan saraf
c.       Patologi:
Makroskopik
       Tampilan makroskopik luas nekrosis coagulative adalah segmen pucat jaringan kontras terhadap jaringan sekitarnya baik vascularised dan kering di permukaan dipotong. jaringan tersebut mungkin kemudian berubah merah akibat respon inflamasi. Sel-sel hidup di sekitarnya dapat membantu dalam regenerasi jaringan yang terkena kecuali mereka yang stabil atau permanen.
Mikroskopis
        Anatomi mikroskopis menunjukkan jaringan pewarnaan yang lebih ringan (bila diwarnai dengan H & E) tidak mengandung inti dengan kerusakan struktural sangat sedikit memberikan penampilan sering dikutip sebagai 'sel hantu'. Penurunan pewarnaan adalah karena inti dicerna yang tidak lagi ditampilkan sebagai jumlah gelap saat diwarnai dengan hematoxylin dan dihapus struktur sitoplasma memberikan mengurangi ungu protein intraselular mengurangi sitoplasma biasa pewarnaan merah muda gelap dgn eosin  Regenerasi.
 Karena sebagian besar sisa-sisa struktural dari jaringan nekrotik tetap, sel-sel labil berdekatan dengan jaringan yang terkena akan mengulangi dan menggantikan sel-sel yang telah tewas dalam acara tersebut. sel labil terus-menerus mengalami mitosis dan karena itu dapat membantu reformasi jaringan, sedangkan sel stabil dan tetap di dekatnya (misalnya neuron dan kardiomiosit) tidak mengalami mitosis dan tidak akan menggantikan jaringan yang terkena. Fibroblast juga akan bermigrasi ke daerah yang terkena penyetoran jaringan berserat menghasilkan fibrosis atau jaringan parut di daerah di mana sel labil tidak mereplikasi dan mengganti jaringan.

D.  ALAT DAN BAHAN
a.Alat
    mikroskop
b.Bahan
         preparat awetan
E. CARA KERJA
1.      Mempersiapkan mikroskop dengan benar
2.      Salah satu dari masing-masing kelompok mengambil preparat awetan
3.      Mengamati preparat awetan pada mikroskop dengan perbesaran 10x40 (400x)
4.      Mencatat hasil yang didapat
F.HASIL PENGAMATAN







G.PEMBAHASAN
Media yang digunakan adalah preparat awetan yang digunakan untuk mengamati sel nekrosis koagulatif.Setelah  preparat awetan disiapkan  preparat awetan ditaruh di mikroskop, terus diamati.
 Dari hasil pengamatan bahwa sel nekrosis koagulatif  berbentuk bulat dan terdapat inti sel didalamnya serta diujung selnya itu mempunyai ekor dan berwarna merah muda.



H.KESIMPULAN DAN SARAN
 a. Kesimpulan
Nekrosis Coagulative adalah jenis kematian sel kecelakaan biasanya disebabkan oleh iskemia atau infark. Hal ini ditandai dengan penampilan 'hantu' sel-sel di bawah mikroskop cahaya di daerah yang terkena jaringan. Seperti sebagian besar jenis nekrosis jika sel-sel cukup labil hadir di sekitar daerah yang terkena regenerasi dapat terjadi. Arsitektur jaringan dipertahankan dalam nekrosis coagulative karena enzim lisosomal biasanya bertanggung jawab untuk proteolitik adalah didenaturasi.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sel nekrosis koagulatif terdiri dari membrane, plasma dan  inti sel yang berwarna merah muda.

b.Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari Praktikum ini adalah:
1.         Diperlukan pemahaman yang mendalam untuk mengenal perbedaan sel – sel            yang akan dipraktikan.
2.         Dalam mengenal berbagai kelompok sel berdasarkan bentuk, ukuran, komposisi         sel, gerak dan alat geraknya di perlukan perhatian yang cukup agar dapat membedakannya dengan baik.
3.         Dalam mengkultur sel di perlukan ketelitian dalam melakukan penggoresan agar sel yang akan di amati dapat diamati dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA




















ACARA IV
METAPLASI

A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati sel metaplasi dengan mikroskop
B.     MANFAAT PRAKTIKUM
Mengetahui bagian dan bentuk pada sel metaplasi
C.     LANDASAN TEORI
a.       Pengertian

            metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster misalnya dengan sek squamosa yang lebih kuat. Karena sel squamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
b.      Penyebab
Ketika sel dihadapkan dengan tegangan fisiologis atau patologis. Mereka menanggapi dengan mengadaptasi beberapa cara, salah satunya adaptasi selular metaplasia. Ini adalah jinak (non-kanker) perubahan yang terjadi sebagai respon terhadap iritasi fisik atau kimia kronis, seperti asap rokok yang menyebabkan kolumnar mensekresi lendir-sel epitel bersilia sederhana pernafasan yang melapisi saluran udara akan digantikan oleh epitel skuamosa berlapis , atau batu dalam saluran empedu yang menyebabkan penggantian epitel kolumnar sekretori dengan epitel skuamosa berlapis (skuamosa metaplasia). Meskipun metaplasia merupakan adaptasi yang menggantikan sel-sel halus dengan yang lebih keras yang lebih mungkin untuk dapat menahan menekankan bahwa epitel dihadapkan dengan, juga disertai dengan hilangnya fungsi epitel, dan dianggap tidak diinginkan; undesirability ini menekankan oleh kecenderungan untuk daerah metaplastic untuk akhirnya mengubah kanker jika iritasi tidak dihilangkan. sel-sel epitel khusus sudah dibedakan, dan tidak bisa begitu saja mengubah morfologi mereka untuk mengubah dari satu jenis sel yang lain. Metaplasia, kemudian, tidak terjadi sebagai akibat dari perubahan sel epitel yang sudah ada tetapi lebih sebagai hasil dari sel-sel induk memprogram hadir dalam jaringan ikat organ itu yang menyenggol sepanjang jalur yang berbeda diferensiasi oleh sitokin, faktor pertumbuhan dan lain zat di lingkungan sel. Singkatnya, metaplasia terjadi oleh sel-sel batang yang memprogram ulang diferensiasi sel bukan oleh transdifferentiation.
c.       Terapi
Pentingnya medis metaplasia adalah bahwa dalam beberapa situs sel mungkin kemajuan dari metaplasia, untuk mengembangkan displasia, dan kemudian neoplasia ganas (kanker). Dengan demikian, di lokasi di mana metaplasia terdeteksi, upaya yang dilakukan untuk menghapus penyebab iritasi, sehingga mengurangi resiko pengembangan menjadi keganasan. Area metaplastic harus dimonitor untuk memastikan bahwa perubahan tidak displastik mulai terjadi. Sebuah perkembangan untuk displasia signifikan menunjukkan bahwa daerah tersebut bisa perlu penghapusan untuk mencegah perkembangan kanker.
D.    ALAT DAN BAHAN
1.      Preparat metaplasi
2.      Mikroskop
E.     CARA KERJA
1.      Menyediakan alat dan bahan
2.      Meletakkan praparat metaplasi diatas mikroskop
3.      Mengatur perbesarannya
4.      Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40
5.      Mencatat hasil pengamatan





F.      HASIL PENGAMATAN






G.    PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dapat dikeahui bahwa sel metaplasia skuamosa terdiri dari membrane, plasma dan  inti sel yang berwarna merah muda.

H.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
a.        Metaplasia (bahasa Yunani: "perubahan dalam bentuk") adalah penggantian reversibel dari satu jenis sel dibedakan dengan jenis lain sel dewasa dibedakan. Perubahan dari satu jenis sel yang lain umumnya mungkin merupakan bagian dari proses pematangan normal atau disebabkan oleh semacam stimulus abnormal.
b.      Metaplasia tidak identik dengan displasia dan tidak langsung dianggap karsinogenik. Hal ini juga kontras dengan heteroplasia, yang merupakan pertumbuhan abnormal elemen sitologi dan histologis tanpa stimulus.

         2. Saran
a.       Bagi mahasiswi praktik diharapkan mampu mempelajari dengan seksama bahan / materi yang akan di praktikkan sehingga dalam pelaksanaan praktikum dapat tercapai dengan baik.
b.      Pada penatalaksanaan praktikum patobiologi tidak maksimal karena keterbatasan sarana dan prasarana sehingga dalam pengamatan banyak mahasiswi yang tidak begitu mengerti.jadi kami mengharapkan untuk praktikum selanjutnya agar memperhatikan sarana yang akan digunakan agar praktikum lebih maksimal















DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Sujono, 1999, Gastroentrologi, Penerbit Alumni, Jakarta.
  http//:en.wikipedia.org/wiki/Squamous_ metaplasia
Price, Syvia A dan Wilson, Lorraine, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Penerbit EGC, Jakarta.
Underwood, J. C. E., 1996, Patologi Umum dan Sitemik, edisi 2, EGC, Jakarta

















ACARA V
HIPERPLASI
A.      TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati sel hiperplasi dengan mikroskop
B.       MANFAAT PRAKTIKUM
Mengetahui bagian dan bentuk dari sel hiperplasi
C.       LANDASAN TEORI

a.      Definisi Hiperplasia

 





Hiperplasia epitelial focal
              Hyperplasia itu adalah meningkatnya jumlah sel-sel yang ada di suatu jaringan / organ. Jumlah sel meningkat itu termasuk dalam sistem perkembangan jaringan / organ. Sel-sel berkembang menjadi banyak dengan cara membelah diri. Istri ananda didiagnosa mengidap hiperplasia payudara, itu berarti jumlah sel-sel jaringan payudara istri ananda berkembang dengan cepatnya, bisa dianggap terlalu cepat. Pembelahan sel-selnya dalam kecepatan yang melebihi normalnya. Nah, perkembangan pembelahan sel ini lama kelamaan bisa menekan persarafan yang di sekitar jaringan. Untuk kasus istri ananda, nampaknya perkembangan sel-sel jaringan payudaranya (hiperplasia) telah sampai dan menekan persarafan nyeri, sehingga istri ananda pun merasakan nyeri pada payudaranya. Ini menjawab pertanyaan pertama ananda. Namun, nyeri di payudara yang istri ananda rasakan itu bisa jadi merupakan suatu gejala dari adanya kanker payudara. Sekalian menjawab pertanyaan kedua ananda : ya, memang hiperplasia bisa menyebabkan kanker payudara, terutama untuk hiperplasia yang reaktif. Rasa nyeri yang hanya terasa pada salah satu payudara (payudara kiri) makin menguatkan praduga ini, karena memang biasanya kanker payudara muncul terlebih dahulu pada salah satu payudara. Tentunya praduga kami ini harus dibuktikan dulu dengan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga bisa ditentukan diagnosa yang tepat. Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan berikut:
1.      Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan mikroskop)
2.      Rontgen dada
3.      Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker
4.       Skening tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran kelenjar getah bening)
5.      Mammografi
6.      USG payudara. Jika dari pemeriksaan di atas, tidak ditemukan adanya massa kanker (benjolan) pada payudara istri anda, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Tapi kalau ternyata ada massa kanker, maka setelah pemeriksaan untuk diagnosa, perlu dilakukan "staging" atau penentuan stadium kanker.
            Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:
a.       Jenis sel kanker
b.      Gambaran kanker
c.       Respon kanker terhadap hormon Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.
d.      Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara. PENGOBATAN Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon. Terapi penyinaran digunakan membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening. Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembanganbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
D.    ALAT DAN BAHAN
1.    Mikroskop
2.    Preparat hiperplasi
E.     CARA KERJA
1.      Menyediakan alat dan bahan
2.      Meletakkan praparat metaplasi diatas mikroskop
3.      Mengatur perbesarannya
4.      Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40
5.      Mencatat hasil pengamatan
F.      HASIL PENGAMATAN








G.    PEMBAHASAN

H.    KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
c.       Hiperplasia adalah meningkatnya jumlah sel sehingga murubah ukuran dari organ,contohnya pembesaran dari epithelium sel mamae pada anak remaja putri atau pada ibu hamil.
d.      Hiperplasia dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel terkait.Hiperplasia hanya dapat tetrjadi pada populasi sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil (dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati sel epitel kelenjar.Hiperplasi tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan jantung)
2.      Saran
a.       Bagi mahasiswi praktik diharapkan mampu mempelajari dengan seksama bahan / materi yang akan di praktikkan sehingga dalam pelaksanaan praktikum dapat tercapai dengan baik.
b.      Pada penatalaksanaan praktikum patobiologi tidak maksimal karena keterbatasan sarana dan prasarana sehingga dalam pengamatan banyak mahasiswi yang tidak begitu mengerti.jadi kami mengharapkan untuk praktikum selanjutnya agar memperhatikan sarana yang akan digunakan agar praktikum lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA





















ACARA VI
SIROSIS
A.    TUJUAN PRAKTIKUM
Mengamati bentuk dan struktur sel dari sirosis
B.     MANFAAT PRAKTIKUM
Dapat memahami dan mengenal bentuk dan struktur dari sel sirosis
C.     LANDASAN TEORI
            Sirosis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).
Sirosis didefinisikan suatu penyakit hati kronis dan progresif yang dilalui dengan degenerasi dan destruksi sel maupun jaringan hati (Reeves, Roux & Lockhart, 2001).
                 Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul (Suzanne & Bare, 2001).
                 Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar – lembar jaringan ikat dan nodul – nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Wilson, 2005).
                 Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi 8 dan regenerasi sel – sel hati sehingga timbul kekacauan dalam parenkim hati (Mansjoer, 2001).
                 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Sirosis Hepatis adalah suatu penyakit hati kronis menahun dengan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif diikuti dengan proliferasi jaringan ikat yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif sel hati maupun jaringan hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal sehingga timbul kekacauan dalam parenkim hati.           

D.    ALAT DAN BAHAN
1.Mikroskop
2. Preparat seronosis
E.     CARA KERJA
1. Menyediakan alat dan bahan
2. Meletakkan praparat seronosis diatas mikroskop
3. Mengatur perbesarannya
4. Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 40
5. Mencatat hasil pengamatan
F.      HASIL PENGAMTAN




G.    PEMBAHASAN
           


H.    GEJALA
                  Beberapa penderita sirosis ringan tidak memiliki gejala dan nampak sehat selama bertahun-tahun. Penderita lainnya mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan dan merasa sakit.         
                  Jika aliran empedu tersumbat selama bertahun-tahun, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), gatal-gatal dan timbul nodul kecil di kulit yang berwarna kuning, terutama di sekeliling kelopak mata.     
                  Malnutrisi biasa terjadi karena buruknya nafsu makan dan terganggunya penyerapan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yang disebabkan oleh berkurangnya produksi garam-garam empedu.
                  Kadang-kadang terjadi batuk darah atau muntah darah karena adanya perdarahan dari vena varikosa di ujung bawah kerongkongan (varises esofageal). Pelebaran pembuluh darah ini merupakan akibat dari tingginya tekanan darah dalam vena yang berasal dari usus menunju ke hati. Tekanan darah tinggi ini disebut sebagai hipertensi portal, yang bersamaan dengan jeleknya fungsi hati, juga bisa menyebabkan terkumpulnya cairan di dalam perut (asites). Bisa juga terjadi gagal ginjal dan ensefalopati hepatikum.



I.       KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
a.       Sirosis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif (Perhimpunan Dokter)
b.      Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2006).Umumnya penderita sirosis ringan tidak menampakkan gejala dan terlihat sehat selama beberapa tahun. Sementara penderita yang sudah akut akan mengalami kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan dan merasa sakit.
2.      Saran
a.       Bagi mahasiswi praktik diharapkan mampu mempelajari dengan seksama bahan / materi yang akan di praktikkan sehingga dalam pelaksanaan praktikum dapat tercapai dengan baik.
b.      Kami mengharapkan untuk praktikum selanjutnya agar memperhatikan sarana yang akan digunakan agar praktikum lebih maksimal.






DAFTAR PUSTAKA
http://imrannito.blogspot.com/2008/02/sirosis-hati.html


Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

 
TOP