A. Proses Penuaan
Menurut Constantinides (1994, dalam
Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono, 1999), Menua (menjadi tua = aging) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dengan begitu manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menuntut makin banyak
distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai “Penyakit Degeneratif”
(seperti hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus, dan kanker) yang akan
menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik
seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastasis kanker, dan
sebagainya.
B. Perubahan Fisiologis pada Proses
Penuaan
Dalam Maryam (2008), perubahan fisik
yang terjadi dalam proses penuaan antara lain sebagai berikut:
1. Sel : jumlah berkurang, ukuran
membesar, cairan tubuh menurun, dan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler : katup jantung
menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan
volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi
pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi : otot-otot pernapasan
kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu
meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan : saraf pancaindra
mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu
bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya
lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflex.
5. Musculoskeletal : cairan tulang
menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian
membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan
mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal : esophagus
melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, serta peristaltic menurun
sehingga daya absorpsi juga menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ
aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan.
7. Genitourinaria : ginjal:
mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun,
dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut
menurun.
8. Vesika urinaria : otot-otot
melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine. Prostat: hipertrofi pada 75%
lansia.
9. Vagina : selaput lendir mengering
dan sekresi menurun.
10. Pendengaran : membrane timpani
atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan.
11. Pengelihatan : respon terhadap
sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang
pandang menurun, dan katarak.
12. Endokrin : produksi hormon
menurun.
13. Kulit : keriput serta kulit
kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti
tanduk.
14. Belajar dan memori : kemampuan
belajar masih ada tetapi menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses
encoding menurun.
15. Intelegensi : secara umum tidak
banyak berubah.
16. Personality dan Adjustment
(pengaturan) : tidak banyak perubahan, hamper seperti saat muda.
17. Pencapaian (achievement) :
sains, filosofi, seni, dan musik sangat mempengaruhi.
C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi
Sistem Endokrin pada Lansia
2. Perubahan Sistem Endokrin pada
Lansia
Dalam http://ismar71.wordpress.com
(2008), efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi
dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada
usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat dibanding dengan
menopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relatif terjadi perubahan
pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
1. Kelenjar thiroid mengalami
derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan nodularity.
2. Hormon thiroid mengalami level
penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya sering pada orang dewasa.
3. Kelenjar adrenal kehilangan
beberapa berat badan dan menjadi makin buruk, fibrotik.
4. Pada bagian anterior, kelenjar pituitary
mengalami penurunan ukuran dan menjadi mati/fibrotik.
Dalam Stockslager (2007), perubahan
fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :
1. Penurunan kemampuan mentoleransi
stress.
2. Konsentrasi glukosa darah
meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang yang lebih muda.
3. Penurunan kadar ekstrogen dan
peningkatan kadar FSH selama menopouse, yang menyebabkan trombosis dan
osteoporosis.
4. Penurunan produksi progeteron.
5. Penurunan kadar aldosteron serum
sebanyak 50%.
6. Penurunan laju sekresi kortisol
sebanyak 25%.
D. Masalah-Masalah dalam Perubahan
Sistem Endokrin pada Lansia
Dalam Nugroho (1995), penyakit
metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena menurunnya produksi
hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa
memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahan-perubahan dalam keseimbangan
hormonal yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon seks. Menurunnya
produksi hormon ini antara lain terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun,
yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur sampai berhenti sama
sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada pria proses
tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala
psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta
berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon
testosteronnya.
Penyakit metabolik yang banyak
dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan osteoporosis
(berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang lebih mudah
rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia yang
berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan
kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat
menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada
sistem endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan, yaitu:
1. Menopouse
a. Konsep
Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi
Martono (1999), menopouse adalah berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian
awam adalah perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya haid sebagai akibat
tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di
Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun (Samil dan Ichramsyah, 1991).
Periode mendahului menopouse
ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan
perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan,
periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling
sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak
teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi
datang haid, terjadi setelah terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang
paling dapat diidentifikasi, namun periode sebelum dan 10 tahun setelah
menopouse mempunyai arti klinis yang lebih penting. Menurut Hurd, periode
transisi ini biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse. Periode pasca
menopouse biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang erat
hubungannya dengan usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan
ginekologik pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk
pengobatan pengganti hormon.
b. Gejala-Gejala yang sering timbul
Ada beberapa gejala yang timbul
dengan menopouse pada lansia (Nugroho, 1995), di antaranya :
1) Gangguan pada haid: haid menjadi
tidak teratur, kadang-kadang terjadi perdarahan yang terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
2) Gelombang rasa panas (Hot Flush).
Kadang-kadang timbul rasa panas pada muka, leher dan dada bagian atas, disusul
dengan keluarnya keringat yang banyak. Peasaan panas ini bisa berlangsung
beberapa detik saja, namun bisa berlangsung sampai 1 jam.
3) Rasa lelah hebat (Fatigue).
4) Rasa gatal-gatal pada genitalia
disebabkan kulit yang menjadi kering dam keriput.
5) Sakit-sakit bisa dirasakan
seluruh badan atau pada bagian tubuh tersebut.
6) Pusing atau sakit kepala. Keluhan
ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya karena meningginya tekanan darah,
adanya gangguan penglihatan atau bisa juga oleh adanya stres mental.
7) Insomnia atau keluhan susah
tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun psikis.
8) Palpitasi dan perubahan gerak
seksual. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormonal maupun pengaruh psikis.
Gejala-gejala jiwa yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai yang berat.
Keluhan yang sering timbul adalah adanya rasa takut, tegang gelisah, lekas
marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa, dan susah tidur. Adanya
wanita yang mengalami monepouse manfsirkannya sebagai kehilangan fungsinya
sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di lain
pihak ada yang menafsirkan sebagai akan terhentinya kehidupan seksualnya, hal
ini adalah keliru sekali. Selain dari pada itu ada yang berpendapat bahwa
kegiatan seksual itu kurang pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua,
maskipun dorongan ke arah itu tetap ada. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
kerisauan menghadapi masa tua seringkali juga menyangkut kahidupan seksual.
2. Andropouse
a. Konsep
Dalam Baziad (2003), pada laki-laki
tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun
jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti
mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya usia produksi
testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse pada
laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60
tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang
berarti.
Meskipun kadar testosteron darah
turun, keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun
kemudian. Oleh karena itu, para ahli berpendapat bahwa tidak ada hubungan
langsung antara keluhan dengan kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang
laki-laki masih saja aktif baik secara fisik maupun seksual, bahakan tidak
jarang masih dapat mendapatkan keturunan.
b. Gejala
Dalam Baziad (2003), testosteron
adalah hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki berfungsi menjadi seorang
laki-laki. Gejala klinis andropouse antara lain:
1) Gejala vasomotorik, berupa
gejolak panas, berkeringat, susah tidur, gelisah, dan takut.
2) Gejala yang berkaitan dengan
aspek virilitas, berupa kurang tenaga, berkurangnya massa otot, bulu-bulu
rambut seksual berkurang, penumpukan lemak di perut, dan osteoporosis.
3) Gejala yang berhubungan dengan
fungsi kognitif dan suasana hati, berupa mudah lelah, menurunnya aktivitas
tubuh, rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental/intuisi, depresi hilangnya
rasa percaya diri dan menghargai dirinya sendiri.
4) Gejala yang berhubungan dengan
masalah seksual, berupa turunnya libido, menurunnya aktivitas seksual, kualitas
orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi, dan berkurangnya volume
ejakulasi.
3. Diabetes Melitus
a. Konsep
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua
masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel
tubuh menjadi lebih resistant terhadap insulin, yang mengurangi kemampuan
lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta
pankreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah
hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat
meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada lansia
disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja
insulin pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatic. Penyebab
utama hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistansi insulin pada
jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun
seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya terjadi setelah insulin
berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pulau Langerhans
kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi
glukosa di hati (http://aqies.wordpress.com, 2009).
b. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang
timbul dengan adanya andropouse (http://aqies.wordpress.com, 2009), yaitu :
1. Penurunan berat badan dan
kelelahan.
2. Kehilangan selera makan.
3. Inkontinensia.
4. Penurunan penglihatan.
5. Konfusi atau derajat delirium.
6. Konstipasi atau kembung abdomen.
7. Retinopati atau pembentukan
katarak.
8. Perubahan kulit; penurunan nadi
perifer, kulit dingin, penurunan refleks, dan kemungkinan nyeri perifer atau
kebas.
9. Hipotensi ortostatik.
asuhan keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada
lansia dengan gangguan sistem endokrin (http://ismar71.wordpress.com, 2008),
sebagai berikut :
1. Health Perception - Health
Management
a. Uraikan tentang status kesehatan
secara keseluruhan.
b. Uraikan masalah-masalah endokrin
yang didapatkan masalah (pituitary thyroid), paratiroid, adrenal, pankreas,
ovarium. testes). Bagaimana masalah ini diatasi? Apakah dengan obat-obatan,
pembedahan, penggantian hormone, diet? Apa yang menentukan mengenai pengobatan
yang anda lakukan?
c. Apakah anda merokok/menghisap
tobako? Jika ya, berapa banyak perhari dan berapa lama?
d. Apakah anda sudah merasakan
tinggi atau rendahnya kadar gula darah?
e. Apakah anda minum alkohol? Jika
ya, berapa banyak dan jenis apa?
f. Uraikan bagaimana anda merawat kesehatan
anda?
g. Kapan terakhir anda melakukan
latihan fisik ?
2. Metabolik - Nutrisi
a. Uraikan kebiasaan diet anda..
b. Uraikan berapa banyak air yang
diminum selama 24 jam.
c. Dapatkah anda mencatat bahwa anda
merasa kehausan yang sangat dan yang biasanya?
d. Apakah anda mengalami perubahan
selera makan? Jika ya, uraikan!
e. Apakah anda mengalami perubahan
berat badan? Jika ya, berapa banyak? Berapa jarak periodenya?
f. Dapatkah anda mencatat
perubahan-perubahan pada kebiasaan dalam intoleransi antara panas atau dingin?
g. Apakah anda mengalami kesulitan
dalam menelan? Jelaskan!
3. Eliminasi
a. Uraikan kebiasaan pola berkemih
selama peroide 24 jam. Apakah ada perubahan? Jika ya, uraikan!
b. Dapatkah anda mencatat
perubahan-perubahan terhadap warna dan bau dari urine anda? Jika ya, uraikan!
c. Apakah anda sering terbangun pada
malam hari untuk berkemih? Seberapa seringkah?
d. Apakah anda pernah menderita batu
ginjal? Jika ya, bagaimana cara mengatasinya/pengobatannya?
e. Apakah anda pernah mengalami
perubahan kebiasaan eliminasi? Jelaskan!
4. Aktivitas - Latihan
a. Uraikan kebiasan aktivitas selama
periode 24 jam.
b. Aktivitas apa yang biasa anda
lakukan sehingga anda bernapas pendek (seperti sesak) atau kelelahan? Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan
pada kebiasaan perawatan diri anda berhubungan dengan masalah endokrin? Jika
ya, uraikan!
d. Apakah tingkat energi mengalami
peningkatan atau penurunan? Jika ya, jelaskan!
5. Tidur - Istirahat
a. Apakah terjadi gangguan terhadap
tidur malam?
b. Apakah anda merasa gugup atau
tidak mampu istirahaf?
6. Kognitif - Persepsi
a. Apakah anda merasakan kelelahan,
menarik diri atau bingung?
b. Dapatkah anda mencatat adanya
suara parau atau perubahan terhadap suara anda?
c. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan
terhadap perubahan warna dan kondisi kulit anda, seperti warna kulit menjadi
lebih gelap, kulit menjadi kering, berminyak atau memar.
d. Apakah anda pernah mengalami
palpitasi jantung (berdebar-debar)?
e. Apakah anda pernah mengalami nyeri
abdominal?
f. Apakah anda. mengalami sakit
kepala, hilang ingatan, perubahan sensasi atau depresi?
g. Apakah anda pernah mengalami
kekakuan otot atau sendi?
7. Konsep Diri
a. Bagaimana perasaan anda tentang
masalah kesehatan ini?
b. Bagaimana perasaan anda setelah
mendapati masalah ini terhadap diri anda dan masa depan anda?
c. Bagaimana perasaan anda mengenai
pengobatan untuk selama istirahat dalam hidup anda?
8. Role - Relationship (Peran -
Hubungan)
a. Apakah ada riwayat terhadap
masalah tipe endokrin di dalam keluarga? Jelaskan!
b. Bagaimana masalah kesehatan ini
mempengaruhi kehidupan anda?
c. Setelah menerima masalah
kesehatan ini apakah perubahan terhadap peran dan tanggung jawab di dalam
keluarga? Jelaskan!
d. Setelah mendapat masalah
kesehatan ini apakah mempengaruhi kemampuan anda untuk bekerja. Jelaskan!
9. Sexuality - Reproduktif (Seksual
- Reproduksi)
a. Dapatkah anda mencatat perubahan
terhadap aktivitas seksual? jelaskan!
b. Dapatkah anda mencatat perubahan
dalam kemampuan dalam hubungan seksual? Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan
pada periode menstruasi. Uraikan!
d. Apakah anda mengalami
ketidakpuasan dan kesulitan mengontrol ereksi?
e. Pernahkah anda mengalami
kesulitan pada awal kehamilan?
f. Pernahkah anda mengalami
kesulitan menjadi seorang ayah ?
g. Berapa banyak anak yang anda
miliki? Berapa berat yang dimiliki pada saat lahir?
10. Koping - Stress
a. Apakah stress memperlihatkan
adanya penambahan gejala terhadap masalah endokrin? Bila ya, cara apa?
b. Apa atau siapa yang sangat
membantu dalam koping terhadap masalah kesehatan ini?
c. Uraikan apa yang biasanya anda
lakukan untuk mengatasi stress!
11. Value - Belief
(Keyakinan/Kepercayaan)
a. Apakah ada orang terdekat klien.
praktisi atau aktifis yang membantu memecahkan masalah kesehatan ini. Jelaskan!
b. Bagaimana anda merasa masa depan
sangat dihargai selama hidup dengan masalah kesehatan saat ini?
Beberapa variasi yang normal
dibandingkan dengan yang tidak, dapat menjadi bingung dengan penemuan abnormal
pada endokrin adalah sebagai berikut :
1. Pikun, beberapa kecil coklat,
flat macula dapal dilihat pada lengan dan dorsal pada tangan.
2. Penebalan pada area pigmentasi,
dapat dilihat pada wajah dan tangan.
3. Pertumbuhan rambut yang lambat.
4. Kuku semakin tebal, brittle, dan
kuning.
5. Kulit wajah menjadi longgar dan
tulang menjadi lebih menonjol.
6. Penurunan terhadap sensasi
perabaan.
7. Penurunan refleks tendon.
8. Penurunan tinggi badan.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam Wilkinson (2006), intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan dari diagnosa keperawatan adalah :
1. Disfungsi seksual berhubungan
dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi, perubahan biopsikososial
seksualitas.
Batasan karakteristik : Perubahan
dalam penerimaan kepuasan seksual, perubahan terhadap diri sendiri dan orang
lain, ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan yang diharapkan.
Kriteria hasil : Menunjukkan adanya
keinginan untuk mendiskusikan perubahan pada fungsi seksusl, beradaptasi
terhadap model pengungkapan seksual yang berhubungan dengan usia dan perubahan
fisik.
Intervensi :
a. Pantau adanya indikator resolusi
dari disfungsi seksual.
b. Berikan informasi yang diperlukan
untuk meningkatkan fungsi seksual (misalnya konseling yang difokuskan pada
bimbingan antisipatorik)
c. Diskusikan keadaan kesehatan
terhadap seksualitas (misalnya efek samping pengobatan; aspek normal penuaan)
d. Berikan informasi faktual tentang
mitos seksual dan kesalahan informasi yang pasien kemukakan.
e. Berikan konsultasi/rujukan pada
anggota tim pelayanan kesehatan lainnya.
f. Rujuk pasien kepada ahli terapi
seks.
2. Gangguan pola tidur berhubungan
dengan cemas, takut, stres psikologis.
Batasan karakteristik : Terbangun
dalam waktu yang lama, insomnia, terbangun lebih awal, tidur tidak puas.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan
perubahan dalam pola tidur/istirahat, Pasien mengungkapkan peningkatan rasa
sejahtera atau segar.
Intervensi :
a. Pantau pola tidur pasien dan
catat hubungan faktor-faktor fisik (misalnya; sering berkemih) atau faktor
psikologis (misalnya ketakutan atau ansietas).
b. Berikan tempat tidur yang nyaman.
c. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur
misal: mandi air hangat, masase.
d. Hindari suara yang keras dan
penggunaan lampu saat tidur malam, berikan lingkungan yang tenang dan
minimalkan gangguan.
e. Dukung penggunaan obat tidur.
3. Perubahan proses pikir
berhubungan dengan perubahan fisiologis proses penuaan.
Batasan karakteristik : Kurang atau
masalah memori, ketidak sesuaian kognitif, bingung.
Kriteria hasil : Pasien mampu
mempertahankan orientasi realita sehari-hari, pasien mampu mengenali perubahan
pola pemikiran dan tingkah laku.
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan orientasi
pasien terhadap orang, tempat, waktu, dan situasi.
b. Panggil klien dengan nama
kesukaannya.
c. Berikan umpan balik positif dan
penguatan untuk perilaku yang sesuai.
d. Berikan dukungan untuk
pasien/keluarga saat periode disorientasi pasien.
e. Berikan obat antipsikotik dan
antiasnsietas secara rutin dan jika diperlukan.
4. Gangguan harga diri berhubungan
dengan gangguan psikologis; malu, cemas.
Batasan karakteristik : Malu,
myangkal permasalahn yang nyata, kesulitan dalam membuat keputusan, kurangnya
kerja sama.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan
masalah dan menunjukkan pemecahan masalah yang sehat, pasien menyatakan penerimaan
diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a. Pantau pernyataan klien tentang
penghargaan diri.
b. Berikan waktu untuk mendengar
masalah dan ketakutan pasien.
c. Bantu klien untuk
mengidentifikasi respons positif terhadap orang lain.
d. Hindari tindakan yang dapat
melemahkan klien.
e. Berikan penghargaan atau pujian
terhadap perkembangan klien dalam pencapaian tujuan.
f. Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.